Anak Mbandel Kok Bisa Sukses… Why Not?!

Foto: by Andreas Tambah

Hai bestie,

Kita cerita yuks tentang masa kecil di SD-SMA siapa disini yang anak alim alias pendiam tidak membangkang dan kutu buku dan siapa juga yang suka mebangkang alias suka protes, nilai pas-pasan yang penting naik kelas?

Hiks aku dulu ya yang acungkan jempol. Iya nih si Dennise. Mulai dari SD-SMA rada nakal gitu deh, nyeleneh eh iya jugalah, ha…ha…ha

Susah menjadi anak alim. Rada tomboy gitu maunya mainnya sama anak cowok. Ingat dulu sekolah SD kan di katolik Budi Mulia Jakarta, kebetulan banget duduknya dapat di barisan belakang. Wow suka dong, bisa cekakak-kikik. Kadang kalau gurunya cara mengajarnya tidak enak aku sibuk merumpii dengan teman-teman cewek yang modelnya rame seperti aku.

Tahu gak bestie yang namanya orangtua sudah tidak terhitung berapakali dipanggil guru BP saking badungnya. Untungnya untuk nilai di sekolah gak parah-parah banget. Walaupun gak masuk 10 besar tetapi tidak memalukanlah. Itu cerita di SD, belum lagi SMP dan SMA. Bahkan di Sekolah Menengah Atas aku lebih mbandel lagi. Entahllah ya namanya parah atau tidak, tapi aku sering bolos gak masuk sekolah karena males dengan cara mengajar gurunya yang gak enak.

Lalu aku bolos kemana?

Ya di rumah saja. Alasan dengan orangtua gak enak badan. Saat SMA aku juga sekolah di Katolik yang super ketat tertibnya. Ada cerita lucu nih waktu itu temanku Tiorida dan Anita’kan ribut. Awalnya hanya adu mulut lama kelamaan main jambak-jambakan rambut, muka, tendang-tendangan hingga jatuh ke selokan. Itu terjadi pulang sekolah. Waduh seru nih! bukannya misahkan aku malah beri semangat pada keduanya.

“Ayo-ayo, keren Tio, Nita. Tio wajahmu berdarah tuh dicakar Nita”, saat itu Tiorida yang memang kebetulan banyak jerawat dicakar Nita sehingga terkesan berdarah-darah. Alhasil dari peristiwa itu Tio, Nita dan aku ikut dipanggil guru BP. Mengapa aku ikut dipanggil? karena aku tahu kejadian tetapi bukannya laporan ke pihak sekolah malah jadi propokator.

Baca juga: Anak Nakal, Anak Keren,Wow…

Diantara anak orangtua aku termasuk yang mbandel dibanding kakak-kakakku. Walaupun ada kakak pria mereka gak neko-neko loh. Mereka anak rumahan, pulang sekolah langsung pulang ke rumah. Beda dengan aku namanya pulang sekolah tidak pernah langsung ke rumah pasti jalan-jalan dulu. Entah main ke rumah teman atau main di sekolah. Pokoke mbandel deh. Sampai orangtua pernah tarik nafas panjang melihat kelakuanku. Ingat dulu kata ibuku,

“Dennise kamu itu Mbandel banget ya. Coba deh sehari jadi anak manis. Mau jadi apa kamu nak kalau Mbandel begini?”

“Jadi oranglah tetap ma, masa jadi doggy”

“Hush! kamu ini ya membantah terus kerjanya sama orangtua”, ucap mamaku.

Nah cerita anak mbandel itu sudah menjadi umum ya mendapat label anak yang tidak punya masa depan, anak yang nyusahan, anak yang tidak punya harapan. Eit nanti dulu! Mbandelnya seperti apa dulu. Nah dikesempatan Senin 5 Desember 2022, aku mendapat kesempatan untuk hadir di acara talkshow : Anak “mbandel” kok bisa sukses…

Bersama Pak Andreas Tambah (Pengamat Pendidikan & Pendiri Rumah Literasi 45). Sangat menarik sekali nih topik yang dibahas karena menyangkut cerita masa laluku nih guys.

Foto: Bapak Andreas Tambah

Inilah terminologi dari kata bandel dan nakal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Bandel:

adalah melawan kata atau nasihat orang. Arti lainnya tidak mau menurut atau mendengar kata orang.

Nakal:

adalah anak yang karena sebab tertentu mengalami hambatan dalam perkembangan pribadi, ketidak seimbangan mental, sosial atau pendidikan sehingga muncul tingkah laku menyimpang.

Saat masa sekolah/kuliah, seorang anak mbandel itu susah diatur, suka nolos, melawan guru/ortu, tidak buat PR, merokok, tidak berprestasi, jahil dll.

Bertolak belakang dengan mbandel adalah sukses. Siapa sih orangtua yang tidak ingin memiliki anak yang sukses impian setiap kita ya mom-dad.

Baca juga: Anak Broken Home Bisa Sukses,Why Not?

Jika menilik kepada arti sukses di KBBI yang artinya sebagai sebuah keberhasilan/ keberuntungan. Tentunya berhasil disini lebih kepada materi. Namun seorang Richo Ramadhani mengatakan bahwa Kesuksesan bukan hanya mengenai berapa banyak uang yang dimiliki ataupun seberapa tinggi jabatan seseorang, namun sukses itu bagaimana menyikapi rasa syukur, bahagia dan bermanfaat bagi orang lain.

Dalam masyarakat stempel anak bandel + nakal kehidupannya kelak jauh dari sukses.

Foto: Rumah Literasi 45

Namun jika kita membaca kutipan dari Alhabib Muhamad Alhabsyi, tiada anak yang nakal yang ada hanyalah anak yang belum mengerti. Kalau boleh jujur siapa disini kita yang tidak pernah nakal, bandel. Cuma memang beda kadarnya saja. Ada yang over nakal hingga kriminal seperti tawuran, begal, mencuri bahkan narkoba. Tetapi ada juga yang nakalnya itu masih bisa kok diredam.

Jadi ingat deh punya ponakan yang tinggal di Medan. Anak kakakku namanya si Ucok. Ada yang lucu ketika aku pulang ke Medan dengan dialek Melayu dia sapa aku.

“Tante bagikanlah dulu uangmu tan untukku”

“Bagi bagaimana maksudnya?”

Datang kakakku katakan kalau bagi itu artinya beri. Ha…ha…ha aku suka pusing juga dengan ponakanku itu kalau pakai bahasa Melayu. Misalkan saja kata cakap. Jangan banyak cakap. Di Medan maksudnya cakap itu bicara sementara di Jakarta arti cakap itu cantik. Pernah juga ponakanku katakan,

“Tante ayolah naik kereta nanti kubawa putar-putar kota Medan”

Jujur saat itu tertegun juga aku. Bagaimana mungkin ponakanku yang tidak tamat kuliah bisa membawa kereta api. Ah, tidak masuk akal. Seperti bisa membaca yang ada dalam pikiranku si kakak menjelaskan maksudnya kereta itu motor.

“Aduh susah kali bah! tante binggung. Bahasa Melayu nih tante harus banyak belajar”

Cerita bahasa, Indonesia memang kaya akan berbagai jenis bahasa daerah. Aku termasuk yang suka belajar menbaca dan ingin tahu banyak tentang bahasa daerah. Tidak terlalu banyak bahasa yang aku kuasai hanya Betawi, Batak, Manado, Sunda, Jawa sedikit-sedikit bisalah.

Saat berkunjung ke rumah Literasi 45 di Lubang Buaya Jakarta Timur, sebelum memulai talkshow aku sempat berbincang dengan pendirinya Bapak Andreas SE,MM. Beliau mengatakan sangat miris sekali minat anak Indonesia dalam membaca

“Hanya 0,01% tidak sampai 1 % dan itupun setahun membaca hanya sekitar 27 halaman diluar buku bacaan”

“Mengapa demikian Pak Andreas?,” tanyaku.

“Terbitan buku di Indonesia dianggap mahal, sehingga daya beli kurang. Judul kurang menarik anak-anak. Dan yang terakhir budaya Indonesia tidak membiasakan membaca buku. Untuk itu saya berencana untuk mengadakan gerakan 100 ribu buku bacaan. Dimana disini kami menerima siapa saja yang ingin mendonasikan buku bacaan anak bekas namun layak baca (buku halamannya masih lengkap, tulisannya tidak pudar) Rencana akan kirim 1 kwintal buku ke daerah. Tujuannya tentunya meningkatkan minat baca anak-anak”

Foto: Koleksi Rumah Literasi 45

Saat aku ke Rumah Literasi 45 tertata rapi buku bacaan di rak-rak dengan berbagai judul. Ada komik, buku cerita berseri sampai koleksi buku Ensiklopedia berseri tertata rapi. Semua ini bebas dan free alias tidak dikenakan biaya bagi siapa saja yang mau datang membaca maupun pinjam buku.

Kembali lagi ke cerita anak mbandel ya…

Ada beberapa karakter anak mbandel seperti yang dikutip dari Mauliyana Puspa antara lain:

Jika boleh jujur, ada banyak nilai positif yang ada dalam diri anak mbandel. Seperti tidak mudah menyerah, kesannya kok nantang banget ya. Tetapi kenyataannya memang menjadi sebuah tantangan tersendiri ketika si anak mbandel ini meraih sesuatu. Sebelum didapatkan ya berani ambil resiko.

Mungkin pada anak juara alias si pintar yang pendiam hal ini belum tentu dilakukan semua penuh pertimbangan yang matang agar jangan salah langkah. Coba ya kita amati tabel berikut ini:

Foto: Rumah Literasi 45

Jadi disini jelas sekali perbedaan karakter dari anak juara alias si pinter dengan anak mbandel. Beberapa contoh dari teman, saudaraku yang memang dulunya mbandel susah nurut, pembangkang tetapi justru sudah dewasa malah sukses. Tidak semuanya anak mbandel punya masa depan suram ya mom-dad.

Foto: Rumah Literasi 45

Baca juga: Tips Mendidik Anak Perempuan: Touch of Art

Aku jadi ingat ada sebuah tulisan dari temanku sesama blogger Annisa namanya yang menulis tentang Menulis Blog Menemukan Value Diri. Value seseorang menurutku memang tidak dinilai dari jabatan, pendidikan ataupun seberapa kekayaan yang dimiliki tetapi bagaimana seorang bisa menghargai orang lain dalam bersikap, bertutur kata. Dan terpenting lagi jangan bosan untuk belajar dan banyak membaca

Dan sebagai penyemagat untuk kita nih mom & dad. Jangan memarahi bahkan mengutuk anak ketika mereka nakal. Sebagai orangtua memang tidak ada sekolahnya. Ajak mereka untuk bicara heart to heart. Jadikan mereka sebagai teman untuk berdiskusi yang menyenangkan. Apa mau mereka jika hal yang mereka inginkan tidak sependapat dengan Anda ungkapkan saja. Tetapi tentunya alasan yang sudah Anda siapkan yaaa….

Karena anak sekarang itu kritis hal yang tidak sependapat dengan mereka biasanya anak mbandel akan protes. Namun mereka juga biasanya akan menerima alasan yang orangtua ungkapkan jika masuk diakal.

So, ternyata sukses itu bisa di rancang ya mom & dad. Beberapa hal diatas bisa menjadi semangat untuk kita ya para orangtua, terutama dalam menghadapi anak mbandel di usia remaja. Semangat! (D/s)

50 thoughts on “Anak Mbandel Kok Bisa Sukses… Why Not?!”

  1. Aku percaya banget bahwa anak yang dicap akal dan bandel justru lebih berpotensi sukses asal diperlakukan dengan benar. Contohnya udah banyak. Jadi, stop ngecap anak soal masa depannya, ya. Manusia itu dinamis, bisa terus berubah. Kita kudu optimis, terus berusaha, dan berdoa.

    Reply
  2. Mba kok ya aku ngakak baca part mba jadi propokator wkwkw..jadi aja kena dipanggil juga 😀 senangnya bisa baca tentang ini paling ga enak ya kalau ada yang melabelkan anak nakal padahal betul sekali jika anak itu belum mengerti dan belum tentu masa depan suram 😀

    Reply
  3. Mba Denise masa remajamu pasti seruuuu bgt 😁😁
    Kalo aku lihat nih. Bocah² yg SMAnya kluar masuk ruang BP, di masa depan malah bergelimang uang. Soalnya mereka berani hadapi hidup penuh resiko. 😂

    Reply
  4. Seru banget emang provokasi temen2 yang lagi berantem sih, yang penting kan kita gak ikutan cuma ngomporin aja hahaha

    Sebenernya label anak bandel tuh bisa diganti dengan anak yang punya rasa ingin tahu tinggi aja sih yaaah, karena semakin penasaran dan nyari tahu kan sebenernya justru malah bagus

    Reply
  5. Hal terpenting dari seseorang atau di sini topiknya adalah anak, adalah karakter yang baik. Soal nakal atau bandel itu urusan nomor sekian ya hehehe. Lagipula, label itu kan bukan ukuran kesuksesan anak setelah besar nanti. Semakin iseng bahkan memberontak, berarti keingintahuan anak semakin besar. Artinya penasaran mencari tahu akan suatu hal, kan baik 😀

    Reply
  6. Mba, iya miris mba minat anak anak buat membaca tuh sedikit euy. Satu sisi dengan adanya media online, jadi buat anak anak lebih milih itu. Apalagi ada gambar atau video menarik 🙁

    Reply
  7. Anak sulung kami neh Mbak, pada bilang bandel. Tapi saya tahu, dia sebenarnya cerdas dan luar biasa. Beda dari yang lainnya. Insya Allah kelak dia akan sangat sukses, bahagia, dan membahagiakan keluarga serta orang di sekitarnya. Aamiin.

    Reply
  8. aku gak berani ngecap anak mbandel, ahaha. dari kecil kalau mereka suka membantah, ya berarti mereka punya pendirian dan berusaha teguh dengan pendiriannya itu, ihihi

    memang yaa, cap mbandel ini susah dihilangkan, padahal kompetensi anak tersebut banyak. jadi bukan mbandel, hanya banyak kompetensi dan butuh mengeluarkan semua kompetensi yang ada pada mereka saja yaa 😀

    Reply
  9. Akuuuu. Aku juga dulu pernah bolos sekolah maen ke coban rame2. Gimana lagi ya kan masa coba2 gini paling seru pas masi sekolah. Wkwkkw.
    Tapi mba Dennise, malah biasanya anak yg dapet cap bandel itu juga banyak yg sukses lho. Karna pantang menyerah tadi. Dan mereka malah banyak yg jadi ‘orang’ wkkwkk. Banyak yg lebih care dan berempati ama guru sekolah juga.

    Reply
  10. Aku dulu juga dicap anak bandel dan nakal. Bukan suka bolos, tapi suka membantah atau tidak nurut.

    Padahal ya, enggak ada anak bandel atau nakal, yang ada keaktifannya yang berbeda-beda.

    Dan anak-anak kelak pasti bisa sukses, meskipun katanya anak bandel atau nakal.

    Reply
  11. Seringnya mengecap anak2 dengan label bandel nakal, padahal sudah jelas ya kalo anak anak itu melakukan satu hal karena salah satunya belum mengerti. Jadi butuh banget pendampingan yang extra

    Reply
  12. Bisa banget banyak contohnya. Teman sekolah cowok yg tanda kutif bandel, sering bolos, slengean ,,nilai rapot biasa biasa malah pada jadi bos heuheu. Anak bandel biasanya punya nyali dan ga takut gagal jadinya sukses mau nyoba hal baru dan suka tantangan

    Reply
  13. Biasanya memang anak bandel yang sukses mbak
    Bandel itu seringkali jadi label buat anak aktif dan kritis
    Padahal itu hal yang penting bagi anak
    Makanya anak bandel seringkali sukses

    Reply
  14. Akuu juga tomboy kak Dennish lagi2 toss aahhh….
    Berhubung ini Desember 2022 sudah mo habis dan mulai pada libur pasti sekolah bikin ga fokus bener gak….

    Akuu masih banyak PR nulis target tahun ini dan th depan.

    Reply
  15. Bandel means rebelling ini memang kerap jadi “masalah” bagi orangtua.
    Tapi justru ide-ide kreatif mereka ini yang membawa ke sebuah kesuksesan. Karena mereka cenderung intuitif, menggunakan pengalaman daripada ada yang tertulis di buku.

    Semoga ketika memiliki anak rebelling, sebagai orangtua kita tetap bisa mengarahkan pada kebaikan ya..

    Reply
  16. lucu banget mba Dennise cerita masa sekolah liat temen yang berantem dan malah ngomporin hihi. Wah ini new insight, memang betul ya kalau bandel itu artinya dia justru punya pemikiran lainnya yang mungkin ga kepikiran sama kita-kita, dan darisitulah kerangka berpikirnya berkembang. Keren keren!

    Reply
  17. Doh aku termasuk anak yang baik-baik saat zaman sekolah. Gak mau ribet dan demi kelancaran karena saat itu gak tinggal di rumah. Padahal pengen juga agak nakal dikit, hehehe. Well jika sekarang menghadapi anak mbandel, tergantung tingkatnya sih. Kalau yang masih di tahap wajar, ya gak papa. Mungkin memang itu cara dia mengekspresikan sesuatu

    Reply
  18. Teman-teman sekelasku yang terkenal bandel pada jamannya dulu, sekarang rata-rata jadi pengusaha sukses, mba. Mungkin ada unsur berani mengambil resiko itu kali yaa.. Kalau misal jadi pejabat negara, mereka juga ga segan-segan untuk mengambil inovasi meskipun ada berbagai tantangan birokrasi yang dihadapinya.

    Reply
  19. Eh jangan salah ya, anak bandel biasanya pada kreatif deh. Udah banyak contohnya kok. Temen-temenku, sejak SD, SMP, SMA, bahkan kuliah, banyak yang bandel, sekarang banyak yang sukses. Asal ya gitu, bandelnya bukan yang ke arah kriminal. Kalo yang bandel kriminal mah kudu banget dibimbing. Tapi gak sedikit juga sih, temenku yang bandel kriminal, saat mereka tobat, pada sukses juga. Aku malah sering mikir iseng, kenapa aku dulu gak bandel ya, biar sukses kayak temen-temenku. Wkwkwkwk.

    Reply
  20. Naah itu dia, itu jg hal yg menggelitik di benakku skrg, temen2 yg dulunya bandel, skrg justru mapan dan karirnya bagus. Emang ya, soal nasib ga ada yg tahu, mgkn mereka sudah menghabiskan jatah bandelnya di awal hihihihi.

    Reply

Leave a Comment