Anak Nakal, Anak Keren,Wow…

Foto; dokpri

Happy morning bestie…

Cerita yuks tentang anak. Aha, tumben nih si Dennise ngobrolin tentang anak. Biasanya cerita tentang yang serem-serem, selingkuh misalnya. He…he…he…anak itu ada keseruannya ternyata.

Beberapa waktu yang lalu saat weekday ceritanya aku main ke rumah seorang sepupuku yang sudah lama kami tidak bertemu, ada sekitar 8 tahunan. Aku datang dengan Nita, sepupuku juga. Mungkin karena sama-sama sibuk ya, aku yang kala itu masih kerja kantoran sangat sulit membagi waktu antara kerjaan dan keluarga. Kalaupun kami bertemu paling hanya video call atau telponan saja.

Nah sekaranglah waktunya bersenang-senang dengan keluarga. Enaknya kalau main itu single ya alias tidak diganggu dengan kehadiran anak atau suami. Tahu sendiri’kan kalau ibu-ibu ngerumpiii lupa waktu yang dibicarakan banyak dan sering diulang-ulang, ha…ha…ha…

Kalau ikut anak atau pak suami baru ngomong beberapa jam sudah minta pulang. Iya;kan…

Ya ampun Dennise lama banget ya kita gak ketemu. Puluhan tahun ya”, ucap Lusi seraya memelukku.

“Lebay deh kamu, Lus. Baru juga 8 tahunan pas lagi anakmu lahir”

“Oh ya itu si Mima ya. Sekarang dia sudah SD. Berarti kita udah lama banget ya gak ketemu. Bungsuku pasti kamu gak kenal”

“Bungsumu? loh bukannya Mima yang bungsu. Anakmu berapa say?”, seingatku Lusi anaknya ada 4, semua perempuan.

“Tambah Brandon 5, akhirnya aku dapat anak cowok juga. Tahu sendiri’kan orang Batak itu harus dapat anak cowok, kalau bisa. Apalagi suamiku anak satu-satunya pria di keluarga penurus marga. Mertua berharap banget aku bisa hamil lagi. Jujur, aku sudah males banget hamil lagi. Repotnya ini loh, urus anak seorang diri. Suami sih enak cuma ngasih duit untuk urus anak-anak, nah kita istri dari pagi sampai malam kerjaan tidak ada habisnya. Untungnya yang terakhir dapat cowok, udah stop! Aku langsung steril”

“Banyak anak banyak rejeki Lus”, hiburku

“Itu’kan kata orangtua zaman dulu. Sekarang banyak anak banyak pengeluran cyhiin…”

Baca juga: Tips Mendidik Anak Perempuan: Touch of Art

Tiba-tiba saat kami ngobrol anak Lusi yang pertama datang, Karen namanya

“Ma, minta uang dong untuk latihan basket”

“Loh uang saku yang kemarin mama kasih kan masih ada dong”

“Mama nih gimana sih. Itu’kan uang saku di SMA, ini’kan mau latihan basket. Perlu uang tambahan”

“Ma, aku mau belajar kelompok, bagi ongkos”, ucap Vion anak kedua Lusi

“Belajar kelompok dimana? kapan ijinnya ke mama?”

“Iih mama nih lupa ya. Aku’kan sudah ngomong sama mama di WA keluarga mau belajar kelompok”

Belum selesai Lusi tarik napas mau berpikir sepertinya tiba-tiba anaknya yang ketiga, Rike datang

“Mau aku ijin mau main ke rumah Sifa. Katanya mama dan papanya Sifa pergi keluar kota jadi kami se-gang di kelas 5 diajak main ke rumah Sifa. Boleh ya ma”

Tiba-tiba suara Lusi berteriak di depan aku dan Nita,

“Bagus ya semua kesempatan minta main keluar di depan tamu. Kalian ini benar-benar ya, mama ditinggal sendiri urus rumah sementara kalian bersenang-senang di rumah. Kalian gak pikir mama harus urus Mima, Brandon, rapiin rumah, masak”

“Tapi kan aku sudah ijin sebelumnya mau belajar kelompok sama mama”, protes Vion.

Sementara Karen dan Rike saling bertatapan karena mereka ijin mendadak.

“Ma, boleh ya aku sudah janjian sama Sifa”, bujuk Rike.

“Gak ada deh ya, acara senang-senang. Yang mama boleh ijinkan hanya Vion. Kakak Karen dan Riek tetap di rumah. Banyak loh pekerjaan yang bisa kalian kerjakan, kalian gak kasihan apa sama mama kerja semua di rumah. Capeee…loh”

Aku dan Nita hanya saling bertatapan. Akhirnya drama siang itu Karen dan Vion walaupun dengan wajah ditekuk karena tidak diijinkan keluar nurut juga.

“Hadeuh…cape ngurusin 5 anak dengan karakter yang berbeda. Untungnya aku gemuk ya jadi gak gampang drop”

Baca juga: Body Shaming? Jangan Panik!

“Ha…ha…ha…ada-ada saja deh kamu Lus, memang ada hubungannya yang badan kurus dengan gemuk hadapin masalah?’, tanya Nita.

“Ya adalah. Kalau kita gemuk’kan kuat ngadapin masalah pertahanan badannya kuat”

“Tapi ada benarnya juga deng katamu Lus. Aku juga pusing hadapin 2 anak remajaku. Terutama yang bungsu Glory. Itu anak lebih parah lagi, kalau pergi gak pernah ijin. Tiba-tiba sudah menghilang saja. Dia tuh pintar kalau pergi saat aku juga pergi. Seperti sekarang ini, saat aku tinggal dia masih ada di rumah. Nah, karena aku pergi dia bisa beralasan pergi lupa ijin. Duh…sama capeknya punya anak sudah remaja juga susah diatur. Beda dengan zaman kita dulu”, ucapku

Baca juga: Anak Istimewa Rejeki dari Tuhan

“Kalian termasuk orangtua yang beruntung dibandingkan aku. Mungkin kalian tidak tahu kalau 2 anakku, Jojo dan Tian anak adopsi. Aku dan suami adopsi mereka dari panti asuhan dengan rentan waktu yang berbeda. Pertama Jojo dulu lalu 4 tahun kemudian Tian. Tetapi ternyata keduanya attitudenya sangat mengecewakan. Padahal kami adopsi dari bayi. Jojo SMA tidak tamat, sudah berapa sekolah dimasukin tapi males-malesan. Mana ada anak sekolah di 7 tempat. Adiknya Tian sama saja. Hidupnya banyak diluaran, menjadi anak band. SMA tamat tetapi kuliah sudah 6 tahun tidak tamat. Bahkan nyaris DO”, suara Nita menahan tangis.

Hai mommies….

Seringkali kita harus diperhadapkan dengan sifat anak-anak yang menyebalkan ya. Aku jadi teringat tulisan seorang blogger namanya Trisuci yang menulis cerita tentang ikhlas. Bagaimana kita memang sebagai orangtua harus bisa ikhlas menghadapi kelakuan anak-anak kita.

Oh ya mom pendapatku anak nakal itu anak keren, wow….kok bisa ya

Foto: dokpri

Begini, mereka yang nakal itu biasanya cerdas. Punya banyak akal. Nakal disini yang aku maksudkan adalah hal yang positif. Misalkan saja seperti cerita Nita, Jojo anaknya tidak mau sekolah karena sibuk jadi anak band. Satu sisi orangtuanya berharap anaknya bisa menjadi sarjana, membanggakan orangtuanya. Tetapi disisi lain sang anak merasa bakatnya terkekang. Daripada tidak bisa protes dengan orangtua maka akhirnya kuliahlah yang dikorbankan.

Ada pentingnya orangtua dan anak untuk melakukan dengan liburan bersama. Nah di blognya Suci ada banyak lengkap sajian liburan di travel blogger Medan. Tidak harus liburan ke tempat yang mahal ya bestie, ke pantai atau camping bersama juga pastinya seru. Ini yang terpenting untuk para kita orangtua, saat pergi liburan bersama benar-benar dimanfaatkan untuk bahagia. Tidak juga untuk diceramahin alias dinasehatin. Biasanya nih anak ya mom’s paling gak suka kalau liburan masih diselipkan pesan sponsor. Dijamin acara liburan jadi ambyar alias berantakan.

So, kita parents terutama mom’s ya (kalau daddy biasanya lebih nyantai dalam menyikapi kelakuan anak-anak) aku ada sedikit tips nih yang siapa tahu saja berguna:

Nakal hal biasa

Nakal bukan penyakit

Sabar & cintakasih Kunci Utama

68 thoughts on “Anak Nakal, Anak Keren,Wow…”

  1. Wkwkw saya sepakat dibagian wanitabgemuk lebih tahan drop mbak Denisse. Saya nih misalnya, makin stress malah makin nafsu makan, minimal ga nambah satu masalah misalnya jadi sakit krn telat makan.

    Iya sih, anak cerdas itu biasanya aktif banget dan sering dianggap nakal, padahal belum tentu ya

    Reply
  2. wah senangnya punya dua anak perempuan

    dulu saya pernah bermimpi, kayanya senang punya 5 anak perempuan

    hehehe bakal ngerumpi seharian deh bareng mereka

    Tapi ternyata anak laki-laki juga asyik lho

    Reply
  3. Ada anak yg dicap nakal oleh orangtuanya dulu karena si anak suka membantah, punya pendapatnya sendiri. Padahal anak itu kalo menurutku bukan nakal, orangtuanya yg gak paham, anak itu punya trust issue krn kurang bonding dengan orangtua.

    Reply
  4. Bener Mak, namanya ngurus anak harus banyakin sabar banget, aku pun tiap hari rasanya inhale exhale terus, karena ada aja ‘tingkah’ anak yang ga sesuai sama ekspektasi aku, apalagi si sulung udah mau remaja, tambah khawatir aja rasanya

    Reply
  5. Kudu dikenali dulu ya Kak berarti, nakalnya itu yang seperti apa.
    Kalau yang positif ya pasti gak masalah. Tapi kalau udah yang ke arah negatif seperti nark0b4 mah bukan hal yang keren kan ya

    Reply
  6. Dulu pas remaja aku masuk tim “pergi ga pamit langsung.” Kan kalau pamit langsung kemungkinan besar ga diizinin..jd aku pergi stelah nempelin note “pamit” di lemari baju.

    Trus dulu aku sempat mikir utk childfree salah satunya karena ga yakin bakalan bisa sabar kalo mhadapi AbG.

    Eh skrg….anak sulungku sudah AbG. Dan sudah mulai menyukai di luar rumah bareng temen2nya hehehe..

    Reply
  7. Awal-awal punya anak kedua tuh, secara tidak sadar, saya sering banget membandingkan si kakak dan adiknya. Sering pula, semacam menuntut bahwa si kakak adalah segalanya-harus bisa jadi panutan bagi adiknya. Makin ke sini saya pun makin sadar bahwa keduanya berbeda, gak perlu dibanding-bandingkan. Si kakak pun bukan si paling sempurna yang gak boleh punya salah/kekurangan. Sejak itu, saya jadi lebih enjoy menghadapi mereka berdua. Sejak menerima bahwa tiap anak ya unik.

    Reply
  8. Nasehat yang mengingatkanku akan kefrustasian menjadi seorang Ibu baru, kak Dennise. Tapi semoga Allah sellau jaga lisan dan perbuatan kita untuk labelling anak-anak dengan sebutan “nakal”.
    Karena cap ini akan menempel dan dibawa anak hingga tua nanti.

    Reply
      • Beratnya jadi seorang Ibu ya, kak Dennise.
        Tapi aku sungguh salut dengan kak Dennise karena setiap kisah selalu bisa dijadikan pelajaran dan dibagi melalui konten tulisan atau konten video. Rasanya memang orangtua sekarang tuh kudu banget diberi studi kasus. Sehingga gak membiarkan anak-anak terlantar, punya Ibu tapi seperti motherless dan punya Ayah tapi fatherless.

        Reply
  9. Ada aja ya permasalahan di setiap keluarga. Kalau nakal tuh ada beragam pendapat sih, nakal tapi sebenarnya rasa ingin tahunya tinggi dan kreatif, atau nakal yg suka ganggu temannya, usil nih, memang jadi orangtua harus sabar banget untuk tau lebih dalam karakter anak

    Reply
  10. Bisa bisanya minta ijin pas mamanya ada tamu. Karena anak-anak mikirnya ketika ada tamu orangtua pasti aka mengijinkan karena ga enak sama tamunya, tapi tidak berlaku buat kak Nita sepupunya kak Dennise ini.

    Keren ya, anaknya pun langsung nurut sama mamanya meskipun mukanya ditekuk haha. Nah kalau anak nakal ini emang perlu perhatian sendiri sih kak dari orangtuanya. Nakal disini hal postif yang perlu komunikasi aja dengan kedua orangtua, iya sih healing bisa saja mengatasi hal tersebut ya. Karena akan membuat anak dan orangtua akrab, sehingga mudah diarahkan.

    Reply
  11. Aku klo anak berulah, aku mikir dulu kan aku pernah di posisi ituh hahaha, kadang nahan marah 😝
    Nggak kebayang deh klo mereka suka main jg kayak aku waktu dulu tapi memang nggak nakal yg gimana2 hihi.. huaaa itu anaknya saudara mba denis 5 ya hebat. Kudu siapkan hati ya mbaa siaaaap. Moga kita diberikan kesabaran yg luas amin

    Reply
  12. Sebenarnya kalau mau berfikir positif, anak nakal itu tak selamanya. Ada masa-masa tertentu aja. Terus akan ada masanya pula nanti dia insaf. Sadar dan Tobat lalu menyesal. Sehingga ia berubah menjadi anak yang lebih baik. Hanya saja kita sebagai orang tua terutama mak-emak nih, nggak sabaran. Selalu menguras emosi. Wkwk.. Salah satunya aku. Haha

    Reply
  13. alhamdulillah aku baru punya anak 1 dan itu cowok, berasa diperlakukan romantis banget sama anak cowok semata wayangku itu mba, Drama pasti ada sih ya kayak maunya main game dan nonton Youtube terus.

    Reply
  14. aku pernah baca nakal itu = n-akal, jadi memang punya banyak akal, alias pintar, ahaha.

    Jadi, tergantung kitanya ya, mau menjadikan itu hal positif atau menjudge mereka sebagai anak nakal, hehe. Anw, drama keluarga begini memang biasa terjadi apalagi saat anak sudah remaja ya πŸ˜€

    Reply
  15. Wah, kece2 banget anak2 cewek mbak Dennise. Nih aku yang sedang menghadapi anak2 usia abg. Emang kadang ngeselin gitu ya, membangkang, banyak mau ini-itu. Tapi alhamdulillaah mereka tetap penurut dan sopan. Kitanya aja ngelus dada dan mencoba memahami, memang ada masanya seperti ini hehehe.

    Reply
  16. Mungkin nakalnya lebih ke aktif kali ya mbaakk. Soalnya anakku tu kyk gtu, dia BBLR trus beberapa tumbang agak lambat dan dia jd kyk pendiam, kadang pengen dia “nakal aktif” gtu, akhirnya kubiarin gaul ma temen2nya eh akhirnya benerran jd lbh rame dan gak lemes gtu kelatannya.
    Emang sebagai ortu kita bioarkan anak aktif tapi kita juga tarik ulur jaga supaya anak2 tetep ada di jalur yang lurus.
    AKu liat anak aktif seneng ketimbang sakit dan letoy huhu.
    Walau kyknya makin remaja tu lebih menantang lagi yaa πŸ˜€

    Reply
  17. Kalo menurutku gak ada 1 pun anak nakal mba, kata nakal datang pun karna orang tua yang melabeli mereka dengan nakal. So, sebenernya arti nakal itu apa sih? Hehe
    Barangkali komunikasi antara orang tua dan anaklah yang mesti dibangun dlu dengan bener, biar tau apa yang diinginkan dan dibutuhkan

    Reply
  18. Tiap anak karakternya beda-beda ya. Cara ngedepinnya juga beda-beda. Masalahnya tidak ada sekolah khusus untuk menjadi orangtua. Semua dipelajari sendiri dan itu tantangannya luar biasa. But, menjadi orangtua itu sungguh anugerah yang luar biasa..

    Reply
  19. Sepakat banget mba Dennise bagaimanapun kita juga butuh healing. Dan aku ghealing juga nggak jauh jauh atau ribet dan mahal. Bisa nonton bebas saat anak sekolah juga bagian dari healing πŸ™‚

    Reply
  20. Nah ini,banyak yang masih aku dan suami pelajari dari ceritanya mba ,karena ke 3 anak-anak kami masih di bawah 10thn,kelak pasti mereka lebih kritis pas masuk remaja :). Sehatkan lah kita,para orang tua yang mengasuh mendidik dan merawat anak-anak dengan penuh kesabaran dan kasih sayang,sampai mereka semua benar-benar mandiri,dan mengambil perjalanan hidup sendiri. Sampai kita yakin bahwa tugas kita ke mereka…benar-benar selesai.. :). Sehatt semangattt semuaaa πŸ™‚

    Reply
  21. Setuju, nakal itu bukan penyakit, anak nakal itu biasa. Dan sebutan nakal yang disematkan pada anak biasanya melihat dari satu sisi sudut pandang. Menjadi orang tua harus punya stok sabar dan ikhlas yang tak terbatas. Salah satu sarananya adalah dengan menjadi pendengar yang sabar apapun yang diucapkan anak. Aku pun pernah ngalami anakku dicap nakal, tapi aku nggak mau menyematkan sifat nakal karena itu bukan sifat, hanya sementara dan kita harus mengubahnya menjadi prestasi meski bukan di jalur akademik

    Reply
  22. Kalau aku sekarang sangat menghindari kata nakal karena kan konotasinya negatif. Paham sih setiap anak yang bertingkah itu ada tujuannya. Jadi, orang tua kudu memahami, belajar terus tanpa henti

    Reply
  23. Setujuu dengan pergi bersama atau aktifitas bersama ortu dan anak membuat bonding anak vs ortu dekat.
    Bonding dekat bisa diajak curhat berdua layaknya sahabat. Semua orang punya masalah ya kak…

    Gagal fokus aku kak sama foto paling atas,,, gemesin baju kembarnya.

    Reply
  24. Hebat banget temennya Dennise. Udah siap mental terima anak adopsi ya .. memang aneh sih anak adopsi ini. Rata rata bukannya bersyukur dibesarkan malah bikin ulah ya. Sabar ya temennya Dennise…

    Reply
  25. Mengasuh anak itu emang penuh tantangan, apalagi zaman digital gini yang apa-apa instan. Jadi anak kebiasaan mendapatkan sesuatu dengan mudah & cepat jadinya anak suka ngga mau berusaha keras.
    Beda dengan zaman dulu, yang apa-apa kudu berjuang.
    Pernah denger kata psikolog Aisah Dahlan, ucapan ibu itu doa buat anak, karena dia yang melahirkan.
    Jadi sejengkel-jengkelnya orang tua ya memang harus elus dada, sabar, bisa milih kata yang tepat. Biarin orang mau labelin anak nakal, asal ibunya bisa berusaha pilih kata positif buat anak. Apalagi anak remaja ini, suka sensitif & ngga mau diintrogasi.
    Emang realitanya agak susah ya mba, aku pun masih terus belajar sabarr.
    Semangatt belajar terus mba Dennise πŸ’•

    Reply
  26. Dengan anak remaja ini rasanya lebih drama kak…
    Harus pinter2 masuk ke dalam dunianya. Kalo beda frekewnsi dikit, hmmm kita dicuekin.

    itu yang lagi aku rasakan sekarang, hikss.

    Btw, makasi BLnya ya kak 😍😍

    Reply

Leave a Reply to Dennise Sihombing Cancel reply