Bersyukur Ditengah Badai?!

Foto: Pixabay.com

Morning Bestie…

Apa kabarnya? semoga kita semua aman ya dalam perlindunganNya. Sudah seminggu ini berita tentang Ridwan Kamil atau yang popular dengan panggilan Kang Emil menghiasi semua sosial media. Instagram, twitter, facebook, you tube. Benang merah yang saya ambil dari pemberitaan ini adalah mampu bersyukur di tengah badai. Tidak menyalahkan Sang Pencipta dan Ikhlas.

Baca juga: Belajar Ikhlas dari Kang Emil

Semudah itu…

Beberapa waktu yang lalu saya mencoba menulis tentang IKHLAS, rata-rata pembaca saya berkomentar sulit, ini tahta yang tertinggi, ikhlas tapi masih mengingat apalagi jika kita disakiti sulit bangetttt….

Memang ini bukan persoalan mudah. Banyak orang mengatakan, “teori sih gampang yang sulit itu pelaksanaannya”. Saya jadi teringat ketika menonton sebuah kisah nyata di channel youtube seorang wanita bernama Glory yang akhirnya melepaskan pengampunan pada seorang pria perampok yang membunuh ibunda tercintanya. Padahal rencananya malam itu sang bunda akan merayakan ulangtahun bersama anak cucunya.

Betapa hancur hatinya, ketika datang menjemput sang ibu melihat wanita yang telah melahirkannya mati terkapar bersimbah darah. Butuh waktu berbulan-bulan untuk Glory ikhlas tidak menyimpan dendam pada tukang kebun yang bekerja di rumahnya.

Melalui do’a dan puasa akhirnya dia datang ke penjara. Menjumpai si pembunuh. Apa yang dilakukan? Dia mengampuni dan mencabut pengaduan alias si penjahat itu dibebaskan. Secara manusia semua orang pasti gemas dan mengatakan kalau Glory sudah gila. Melepaskan penjahat yang sudah membunuh ibunya.

“Kami sekeluarga sudah ikhlas. Cara Tuhan memanggil ummatNya untuk kembali berbeda-beda. Ibu saya harus melalui hal keji. Tapi keadaan tidak bisa dirubah, ibu saya sudah berpulang”

“Tapi mengapa Anda mencabut aduan untuk orang yang membunuh ibu Anda?”, tanya wartawan.

“Tuhan saja memberi pengampunan untuk kita ummatNya yang berdosa. Dengan saya melepas pengampunan saya tidak dibayang-bayang terus rasa ketakutan dan dendam yang berkepanjangan yang sangat menyiksa. Dan terpenting lagi orang ini masih ada nyawanya. Biarlah dia menyesali perbuatannya kembali ke masyarakat dan keluarganya dan berubah menjadi manusia baik”

Wow….saya hanya terkagum, apakah saya mampu seperti Glory?

Saya ingat ketika masih single, di usia masih 20-an saya punya kekasih yang usianya lebih tua 15 tahun diatas. Pria ini baik, baik dan sangat baik. Dewasa, secara keimanan juga good banget. Di hati ada rasa bangga untuk cinta pertama saya. Sepertinya tidak ada yang cacat dengan pria asal Sulawesi Utara itu. Ganteng, punya pekerjaan yang baik, dekat akan Tuhan. Yang buat hati saya berbunga-bunga adalah keluarganya sangat welcome menganggap saya sebagai bagian dari keluarga. Pokoknya indahnya banget-banget.

Perjalanan cinta kami mulus selama 3 tahun. Sampai suatu hari datang seorang wanita ke tempat kerja saya dan mengatakan untuk saya menjauhkan kekasih saya itu. Karena dia sedang hamil anak si mantan priaku. Awalnya saya tidak percaya begitu saja. Melalui investigasi akhirnya memang benar apa yang diucapkan wanita itu.

Dengan memohon-mohon si mantan priaku itu minta untuk dimaafkan dan kami kembali menjadi kekasih. Apalagi kami sudah bertunangan. Waduh jangan ditanya hancurnya perasaan hati saat itu. Marah, dendam, kecewa. Air mata sampai kering menangisi nasib. Bolak balik healing gak sembuh-sembuh juga. Konsultasi dengan pendeta, gak ngefek juga. Karena hati saya masih keukeuh dengan dendam dan kebencian.

Sampai di suatu titik saya tersadar dengan kebodohan menyakiti diri berkepanjangan. Untungnya saya tidak sampai menjadi pasien psikiater.

Saya pernah ngobrol dengan seorang teman baik saya seorang ustad. Dia bilang gini,

“Dennise semua manusia itu pasti dihadapkan dengan masalah. Tidak mungkin hidup ini lurus terus. Siapapun itu, pengemis, pengamen, direktur, pendeta, ustad bahkan presiden sekalipun pasti ada masalah hidup. Hanya masalahnya bagaimana kita menyikapi hidup ini. Mampu bersyukur atau menghujat?”

“Bersyukur? apa mungkin?!”

Lalu temanku yang namanya Rosyid ini bercerita suatu hari rumahnya di satroni maling. Saat itu semua barang mereka di kuras habis. Emas, handphone, laptop. Yang nilainya ratusan juta rupiah. Anak gadisnya tidur di kamar tersendiri. Nah, kebiasan anak gadisnya kalau tidur selalu pakai celana pendek dan baju lengan pendek.

“Nyesek memang Dennise. Apalagi itu emas tabungan aku dan istri yang rencananya mau umroh. Tapi aku bersyukur saja kami selamat. Entah mengapa kami saat itu tidur sangat terlelap. Biasanya aku tuh selalu terbangun untuk buang air kecil. Coba kamu bayangkan andai aku malam itu terbangun dan bertemu muka dengan si perampok pasti aku langsung dibunuh. Atau anak gadisku di perkosa. Tapi alhamdullilahnya semua kami selamat. Hanya harta saja yang hilang. Harta’kan bisa dicari, nyawa? mana ada cadangannya”, jawab Rosyid sambil terkekeh. Semua yang dikatakan Rosyid benar. Ikhlasnya luar biasa….

Nah, kemarin Selasa tanggal 7 Juni 2022, saya mendapat pelajaran hidup yang sangat berharga. Dimana saya harus melakukan operasi pada mata sebelah kanan bagian bawah karena bisul. Kalau kata orang awam yang saya alami itu namanya bintitan.

Foto: mata bernanah di bagian bawah

Kondisi ini saya diamkan hingga sebulan. Hingga akhirnya kelopak mata saya setengah menutup, timbul lapisan gel di area sekitar mata. Penglihatan saya agak kabur. Pikiran saya sempat terlalu jauh, mungkin saya alami katarak. Apalagi umur saya sudah 50+.

Bintitan ini walaupun membengkak sebesar 1/ 2 biji jagung tetapi tidak mengganggu. Tidak gatal dan tidak perih makanya saya santai. Karena penglihatan saya yang sudah agak kabur inilah makanya saya akhirnya mendatangi dokter mata di daerah Depok.

Agak kaget juga dokternya kok saya sesantai itu. Apalagi kelopak mata sudah menutup setengah.

“Bahaya bu, ini infeksi bakteri Staphylococcus. Bakteri yang hidup di kulit ini dapat menyumbat kelenjar minyak di kelopak mata dan menimbulkan peradangan.Besok operasi ya”, ucap si dokter.

Jujur saya paling takut yang namanya operasi. Mau katanya operasi besar, kecil sama saja itu ada rasa sakitnya, Apalagi sebelum operasi pastinya kan di suntik bius dulu. Duh, namanya jarum suntik aku paling takut. Lebih baik obat biusnya disuruh minum obat berbutir-butir deh. He…he…he…mana ada ya obat bius yang diminum, aya-aya wae deh Neng Dennise.

Sumber: Youtube Dennise

Wuffsss, saya asli tegang di meja operasi. Karena biusnya tidak total. Saya masih merasakan sakit saat pisau operasi membelak lapisan mata bawah saya.

“Dok sakit….!”, teriak saya lirih

“Sabar ya bu! Nanahnya banyak”, ucap si dokter menenangkan hati saya. Yang saya rasakan saat itu dokter menekan lapisan kulit mata saya untuk mengeluarkan nanah di mata. Jujur kalau karena penglihatan saya tidak kabur sudah ditinggalkan itu meja operasi. Sakitnya itu ampunnnn….

Selesai operasi mata sebelah kanan saya ditutup seperti bajak laut, ha…ha…ha…cantiknya hilang deh (menghibur diri) . Dari operasi siang hari tanggal 7 hingga 8 malam, tidak sampai 48 jam mata saya di tutup. Cukup tidak nyaman karena penglihatan tidak seimbang karena hanya satu mata saja yang menglihat. Saya tidak bisa membalas WA walaupun sudah pakai kacamata. Dokter memang meminta saya untuk mengistirahatkan dulu mata dari sosial media.

Sumber: Youtube Dennise Sihombing

Untuk berjalanpun di rumah saya tidak nyaman, merasa ada yang kurang karena hanya satu mata saja yang melihat. Pesan dokter kalau sudah tidak terasa perih lagi tutupan mata bisa dibuka sendiri. Dan hari ini di jam 4 pagi tadi saya membuka perban mata dengan perasaan dag dig dug. Pelan-pelan saya buka…

Puji Tuhan, saya kedipkan mata kanan ada yang beda. Tidak ada yang mengganjal di mata, cairan seperti lem yang menempel di mata tidak ada lagi. Saya lirik ke kiri kanan mata kanan saya berfungsi dengan baik. Tidak ada buram lagi.

Sumber: youtube Dennise Sihombing

Jujur saya malu dengan Tuhan, hal kecil seperti ini saja saya mengeluh karena sakit. Apalagi pasca operasi penglihatan saya tidak seimbang. Mata ini hanya diistirahatkan tidak sampai 48 jam untuk tidak melihat sosmed. Bagaimana dengan mereka yang sejak lahir tidak melihat? atau hanya melihat dengan satu mata saja atau mereka melihat tetapi semua matanya rabun?

Saya menangis sejadi-jadi tadi pagi. “Tuhan ampuni saya!”. Melalui peristiwa Mata Bernanah saya di sadarkan untuk bersyukur dan jangan mengeluh. Bahwa hidup saya masih jauh beruntung dibanding mereka yang tidak pernah melihat dunia dengan matanya tapi mereka tidak bersungut-sungut. Ikhlas menerima semua yang datang dari Sang Pencipta.

Bahkan mereka bisa berkarya dibalik kekurangannya. Banyak mereka yang tuna netra menjadi penyanyi ( Stevie Wonder), dosen, pengusaha. Mereka tidak meratapi nasib tetapi bangkit untuk menyongsong masa depan. Mereka meyakini bahwa dibalik musibah ada rencana Tuhan yang terbaik dan ada masa depan.

Bestie,

Ada yang punya cerita bersyukur dibalik musibah seperti saya? yuks berbagi cerita disini. Untuk kita saling menguatkan. Terimakasih (D/s)

80 thoughts on “Bersyukur Ditengah Badai?!”

  1. Ketika kita memiliki segalanya seperti dikelilingi orang-orang tercinta, sehat, makan dan pakai cukup, bersyukur itu adalah perkara mudah. Bersyukur dalam suasana batin yang merasa diberkati, semudah membalik telapak tangan. Kita juga mudah mengucapkan ikhlas untuk segala hal yang terjadi.

    Tapi jika sebaliknya? Seperti yang dialami Glory dan bahkan banyak yang lebih tragis lagi kisah hidup mereka, bersyukur jadi sesuatu yang harus diperjuangkan. Tidak mudah bersyukur ketika kita mengalami semua kepahitannya.

    Tapi gak ada pilihan, mendidik diri bersyukur dalam kepahitan adalah kasta tertinggi dari belajar. Mereka yang berhasil, layak dapat bintang-bintang di langit 🙂

    Reply
  2. Tidak mudah pastinya menjadi seperti Glory yang mengampuni pembunuh ibunya. Makasih untuk ceritanya ini, menjadikan pengingat juga buatku untuk selalu bersyukur dalam keadaan apapun.

    Reply
  3. Jujur, sebagai orang susah dan tinggal di kampung, masalah saya ini bukan hanya terkait perekonomian, tapi juga lingkungan, pendidikan, dan gaya hidup.
    Tapi saya memang sudah diajarkan untuk tetap bersyukur sesedih apapun yg saya alami. Makan tidak makan, selama sehat dan halal, semua ini sudah membuat saya bahagia dan tentunya bersyukur. Karena saya yakin, ada yg lebih sengsara dari saya dan mereka saja kuat dan bisa …

    Reply
  4. Ada hikmah di tiap badai yang melanda, seseorang perlu memetiknya agar dapat bersyukur. Saya pun pernah mengalami beberapa musibah, dan kemudian jadi punya pandangan yang lebih luas atas apa yang Tuhan kehendaki terjadi.

    Reply
  5. Masya Allah mbak Dennise kuat menghadapi berbagai cobaan sejak muda ya. Terakhir urusan bintitan yang ternyata saat ditelusuri bisa mengakibatkan indra penglihatan terkendala. Memang mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan itu ga semudah terorinya. Memaafkan kesalahan orang lain yang mencelekai diri kita maupun orang2 tersayang pun tak mudah.

    Reply
  6. Memang bener banget, ikhlas itu gak semudah pengucapan. Apalagi yang dialami oleh Kang Emil dan istri. Butuh ikhlas tingkat tinggi. Tapi, saya pun meyakini ketika bisa melaluinya, selalu ada hikmah yang dirasakan.

    Reply
  7. Ngomongin soal ikhlas memang nggak semudah yang diucap, awal awal ngejalaninya rasanya berat tapi lambat laun insya Allah akan ikhlas pada waktunya ya mbak.

    Reply
  8. Bersyukur di tengah badai, sangat sulit kak.
    Saya butuh waktu tahunan hingga badan jadi ringkih dan sering sakit malahan,
    tapi akhirnya belajar sedikit2 mengikhlaskan demi kesehatan diri sendiri.
    Akhirnya bisa melihat dgn pikiran jernih, dan akhir bersyukur 🙂

    Reply
  9. jadi ingat kasus Ade Sarah, ibunya memaafkan pembunuh yang telah menewaskan anak tunggalnya

    Tak mudah memaafkan apalagi bersyukur kala mendapat ujian yang begitu berat

    Reply
  10. Kak Dennise, kok saya mewek bacanya huhuhu.
    Karena saya juga sedang menuju ke hal tersebut, masih tersendat-sendat, masih on off, meski Alhamdulillah mulai lebih banyak on di ketenangan, menghadapi berbagai masalah dengan tenang, agar hati bisa melihat hikmah dibaliknya yang bikin lebih banyak bersyukur.

    Saya rasa, semua orang pasti akan sampai pada ikhlas, asal mereka mau percaya Tuhan itu ada dan ikhlas itu adalah healing terbaik, yang sudah Tuhan ajarkan untuk bisa kita lakukan dengan gratis 🙂

    Reply
  11. Hidup itu harus di iringi dengan bersyukur banyak-banyak ya. Susah sih, tapi harus tetep belajar terus.
    Karena diatas langit masih ada langit. Jadi terkadang juga perlu kita melihat kebawah, agar mudah bersyukur.

    Reply
  12. Hallo Mbak Dennise, salam kenal. Eh tahu gak mbak kalau sebelum mampir sini aku makan empek-empek khas palembang lo, eh lo kok lihat bio nya Mbak dennise ternyata penyuka empek-empek sejati ya. Haha

    Aku cuma mau tanya merk empek-empek yang menurut Mbak dennise enak apa ya? Aku makannnya merk VICO. Eeeh aku kok ngomongin empek-empek sih ya😅

    Anyway aku adalah orang yang gak banyak ngelawan. Mengiyakan saja. Sakit hati, nangis, menenangkan diri lalu baru ngomong ke orangnya langsung. Kadang gak mau jadi kaya gitu. Ya kalau disakiti, ngomong langsung. Tapi, ternyata aku gak nyaman dengan diriku yang seperti itu, Mbak. Hmmmm

    Reply
    • Hai kak Julia salam kenal ya. Aha aku penyuka empek-empek nih, Di daerahku Pasar Minggu ada empek-empek si jenggot.Yang umurnya udah 30 tahun lebih.Rada mahal ya untuk kapal selam besar 40.000/ pcs.Tapi memang harga gak bohong. Eh,kok jadi rumpii yaa…

      Reply
  13. Agak nyesek bacanya. Ikhlas dan memaafkan adalah sesuatu yang mungkin terasa berat untuk dilakukan. APalagi manusia kadang cenderung mencari obyek untuk disalahkan. Entah kepada manusia lainnya. Lebih parah lagi menyalahkan Tuhan.

    Tapi, benar juga pemikiran pak Rasyid teman Kak Denise. Bahwa sepatutnya kita mensyukuri apa yang masih bisa kita genggam. Merelakan atau mengikhlaskan apa yang telah hilang.

    Karena sejatinya kita nggak tahu apa yang akan terjadi saat kita bersikeras mempertahankan apa yang akan hilang dari kita. Konsekuensi apa yang mungkin kita terima karena hal itu.

    Reply
  14. Ah, bener banget sih Mba..
    saya aja beberapa hari lalu beli dua ekor ikan cakalang ekor kuning, sampai rumah ikannya tinggal satu karena 1 ekor lain ternyata mbrosot jatuh tanpa saya sadari. Uring-uringan pengen nyoba nyari 1 ekor ikan itu, padahal saya bisa yaudah semoga bisa bermanfaat untuk yang menemukan dan bersyukur masih ada satu ekor lagi.

    Reply
  15. Ketabahan dan keiklasan menghadapi ujian memang berat namun pada akhirnya banyak hikmah, diantaranya menyadari sejatinya manusia hidup hanya sementara, bekal akhirat perlu disiapkan semenjak dini.

    Reply
  16. Melepaskan dendam, memaafkan dan ikhlas ialah hal yang berat dilakukan. Tapi ketika kita melewatinya, perasaan lega dan damai akan sangat terasa. Kita pun bisa melewati hari-hari selanjutnya tanpa beban lagi.

    Reply
  17. Semoga lekas pulih pasca operasinya, Mbak. Aku selalu mikir bahwa di setiap musibah, selalu ada pelajaran yang bisa kita syukuri. Mungkin gak langsung terasa, butuh waktu. Tapi yakin sih Tuhan, Allah ngasih ujian karena kita mampu melewatinya

    Reply
  18. Semoga lekas pulih ya kak… Kita memang selalu berharap dapat yang terbaik, tapi kadang tak siap mendapatkan yang terburuk.
    Tapi saya yakin Tuhan tidak akan memberikan ujian buat hambanya jika dia tak mampu menjalaninya. Rencana Tuhan pasti lebih baik…

    Reply
  19. Terima kasih mba lewat artikel ini mengingatkan kembali bahwa sebagai manusia harus banyak – banyak bersyukur bukan banyak mengeluh karena di satu sisi masih banyak orang lain yang hidupnya belum tentu seberuntung kita ya mba.. Semoga sehat selalu mba

    Reply
  20. Sampai saat ini sepertinya saya masih berusaha bisa bersyukur di tengah badai. Badai yg mungkin aku ciptakan sendiri, hati saya masih gak nyaman melihat teman-teman sudah jauh melesat sukses di mataku, sedangkan kami rasanya masih gini-gini aja. Tapi ternyata jika memang ikhlas menerima takdir hidup rasanya ya enteng aja, ternyata masih banyak yg bisa kita syukuri

    Reply
  21. Duh mbak, jleb banget deh ceritanya. Huhu, aku kayaknya sedang di posisi tidak bersyukur. Padahal di sekeliling, ada banyak yang sedang mendapat musibah yang lebih besar. Huhu… makasih sudah diingatkan, Mbak. 🙁

    Reply
  22. Aku membaca ini, jadi lebih menghargai hidup dan apa yang diberika Tuhan padaku. Karena tidak semua orang di luar sana memiliki apa yang kjta punya. Kuncinya memang ada pada rasa syukur dan ikhlas menjalani. Makasih mbak, udah diingatkan

    Reply
  23. Kak, semoga kini sudah sehat lagi ya matanya, biasa beraktifitas seperti sedia kala dan pantengin sosial media ehh..hehe. Semangat!!
    Memang ada banyak hal yang mesti kita syukuri meski badai tiba, apalagi ketika melihat ke bawah masih banyak yang lebih parah

    Reply
  24. Mau nangis bacanya, kak Dennise.
    Rasanya ada banyak hal cara Tuhan menyelamatkan hambaNya dari kesulitan, meskipun bentuknya mungkin dipandang menusia secara kasat mata adalah musibah.

    Kamipun pernah mengalami hal yang jadi pelajaran banget, kak Dennise.
    Ketika bepergian dan ternyata harus terlambat, kami memutuskan untuk tidak terburu-buru di jalan. Karena secepat atau lambat apapun, ya salah kalau berangkatnya saja sudah mepet.

    Lebih baik menikmati perjalanan hidup ini dengan bersyukur yang banyak dan melihat lebih banyak dengan mata batin apa yang terjadi di sekeliling kita, bisa jadi musibah orang lain adalah pengingat bagi diri kita yang lalai.

    Suka banget bahasa kak Dennise.
    Selalu suka…

    Reply
  25. Saya termasuk yang kagum sekali dengan keikhlasan Pak Ridwan Kamil dan keluarga, juga Glory mengenai apa yang sudah dialami. Sungguh ikhlas itu berat. Kadang masih suka menanyakan “Kenapa saya?” tapi seiring berjalan waktu, selalu bisa mengambil hikmah dari segala ujian yang terjadi. SEmoga kita bisa jadi orang orang kuat seperti mereka.

    Reply
  26. Jadi diingatkan untuk banyak-banyak bersyukur nih. Terima kasih ya mba, kadang karena sudah riweuh dengan segala urusan harian, jadi lupa deh untuk mensyukuri hal-hal kecil yang kita anggap wajar aja, padahal itu adalah anugerah tak terhingga yang kita miliki.

    Reply
  27. Bener banget mbak! Senang deh baca cerita di blog mbak. Inspiring dan mengingatkan kita untuk always look for the silver lining in every cloud. Memang sedang ada di tengah badai, pasti ada hal penting yang dapat dipetik dari itu semua

    Reply
  28. Ikhlas dan mampu bersyukur di tengah badai, walau hati hancur berantakan melihat Kang Emil dan istri.. apalagi mereka yang mengalaminya 🙁
    I’ve been there 🙁

    Ya, pada saat itu, kalimat tidak menyalahkan Sang Pencipta dan Ikhlas adalah “sangu” terbesar dalam mengarungi hidup selanjutnya

    Reply
  29. Keren tulisan bu Dennise. Konten yg inspirasional dan gaya penulisan yang sederhana. Ketika kita sudah bisa mengikhlaskan suatu kejadian tidak nyaman yang menimpa kita, saat itulah kita “go to the next level”.
    Terus berbagi bu Dennise.

    Reply
  30. semoga lekas pulih ya mbk, bacanya aku jadi mewek, ada banyak hal yang perlu aku syukuri, emang kita harus banget jaga hati, jaga lisan jangan ada sombong sebiji pun ya. Sehat selalu mbk.

    Reply
  31. Aduh mbak. Aku kok ngeri sih baca pas operasi bagian bawah mata yang bernanah. Harusnya dibius total aja biar gak kerasa sakitnya. Gak berani bayangin gimana rasanya di ruang operasi nahan sakit. Sehat sehat ya mbak semoga segera pulih

    Reply
  32. Setuju kak pelajaran paling sulit dan maha tinggi di kelas manusia ya menjadi ikhlas ini. Hanya satu kata, mudah diucapkan tapi sulitnya minta ampun ketika dipraktikkan . Mungkin karena ego kita yg tinggi sebagai manusia

    Reply
  33. Susah memang kak untuk mencapai level ikhlas. Ga semua org mampu. Ade pun belum sampai ke level itu. Cuma org2 pilihan dari Tuhan yg sanggup menjalanin makna ikhlas.

    Reply

Leave a Comment