Dampak Khawatir

Foto: Pixabay

Hai friends,

Mau cerita nih. Akhir-akhir ini aku mengalami otot yang tegang, migren sering hadir. Pernah ke  dokter spesialis neurologi, untuk diobati. Jujur saja gak nyaman banget kondisinya.

“Bu ini tidak ada sakitnya kok!”

“Ah bagaimana tidak ada sakit dok, jelas-jelas saya beberapa kali mengalami migren bahkan lebih parah lagi vertigo dok. Itu loh kepala yang merasakan bumi seperti bergoyang, seperti ada gempa”

Dr.Hardi, dokter saraf terkenal di kota Depok ini hanya tersenyum,

“Jadi ibu mau diobatin apanya?”

“Ya sakitnya dong dok! Biar tidak tegang nih otot”

“Ibu pasti banyak mikir banyak khawatirnya

“Kok tahu dok?!” (ah si Dennise mah payah euy! Namanya dokter saraf pastilah masalah seperti ini sudah sering dihadapi. Apalagi sekelas dr.Hardi dokter kepresidenan zamannya SBY tentunya sudah banyak menghadapi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan saraf otak)

“Ini dari otot di kepala, pundak yang tegang. Hal ini kalau terus berlanjut seperti yang ibu alami migren, vertigo bahkan tidak tertutup kemungkinan penyakit lain”

“Ya dok namanya manusia pasti berpikir”, ujarku seakan membela diri

“Berpikir boleh tetapi jangan pakai khawatir”

“Terus gimana caranya dok?”

“Caranya masalah besar dibuat kecil. Nah masalah kecil anggap tidak ada

Aduh dokter sesimpel itu’kah. Mampu’kah aku?

“Obatnya hanya ada pada ibu kalau mau sembuh seperti yang saya katakan tadi. Pikiran dibuat tenang supaya jangan khawatir berlebihan. Insya Allah vertigonya sembuh”

“Jadi saya tidak dikasih obat nih dok?”

“Saya kasih obat tetapi ini hanya untuk mengurangi sakit sewaktu-waktu kalau vertigo kambuh. Percaya deh obat kesembuhan itu ada pada ibu, ini hanya sekedar membantu saja. Sebanyak apapun obat yang saya berikan kalau pola ibu masih terus berpikir keras dan khawatir sakitnya terus”

Hah sesimpel itu’kah obat untuk mengatasi khawatir?

Friends…

Kalian pernah gak sih mengalami khawatir yang berlebihan seperti aku? Ternyata nih suer deh super gak nyaman ya ngalami rasa khawatir yang sering menyerang berlebihan. Apa saja yang pernah aku alami?

Beban Semakin Berat

Ini yang pernah aku alami. Rasa khawatir yang berlebihan bukan buat nyaman tetapi bebannya semakin berat. Pernah kejadian beberapa bulan yang lalu putriku Glory, dia saat ini kuliah semester akhir di IKJ jurusan sinematografi. Nah perkuliahannya ini lebih banyak praktek daripada teori. Mulai dari semester 3 hingga sekarang semester 7 Glory lebih banyak praktek. Entah itu terlibat pembuatan sinetron, film pendek bahkan film lebar.

Saat buat sinetron dia paling 3-4 hari berada diluar. Tetapi untuk pembuatan film bisa makan waktu 3-4 minggu. Aku ingat ketika dia pulang jam 1 subuh karena survey lokasi untuk shooting di puncak.

“Glory memang harus pulang seperti ini. Gak salah?!”, teriakku

“Ye mami, ya kalau sekolah seni ya begitu. Ini aku untuk ambil nilai. Jadi harus maksimal”

“Memang gak ada orang lain selain kamu? Ini kamu’kan anak perempuan”

“Ah mami lebay! Di dunia seni mana lihat pria wanita. Ah udah ah yang penting aku aman-aman saja”

Nah itu baru cerita survey rasa khawatirku sudah dag…dig..dug. Ditambah lagi yang buatku senewen super kepikiran terus ketika shooting nyaris sebulan. Saat itu corona lagi tinggi-tingginya di bulan Juli 2021. Glory shooting di Jakarta -Bandung- Sukabumi lanjut ke Bromo.

Yang buat jantung + kepala cenat cenut, handphone anakku susah dihubungi. Di telpon jarang diangkat di WA lama dibalas, bisa berhari-hari.

“Aduh gimana nih kak?”, tanyaku pada si sulung Rachel.

“Nyantai aja mami! Resiko anak dikuliahin di perfilman ya seperti itu”

“Ya susahlah mami nyantai! Adikmu tuh perempuan kalau terjadi apa-apa?”

“Ah mami khawatirnya berlebihan deh. Nanti juga pulang”

Benar saja tuh anak pulang setelah nyaris sebulan minim kabr. Tau gak sih si Glory-nya mah santai bahkan pulang shooting, bisa cekakan tawa dengan kakaknya, akunya yang senewen. Semakin khawatir bebannya makin berat.

Timbul Banyak Penyakit

Friends, tahu gak sih ternyata perasaan khawatir yang berlebihan bisa menimbulkan gangguan tidur. Kita jadi sulit memejamkan mata. Ini yang aku alami ketika mengkhawatirkan Glory. Jangankan tidur nyenyak pejamkan mata saja susah, kepikiran terus. Bagaimana ya anakku disana? Apakah lingkungannya aman dari virus corona? apakah anakku aman dari kecelakaan kerja? dan apakah-apakah lainnya dalam bentuk kekhawatiran.

Hal ini ternyata bisa menyebabkan hormon dan kenaikan kadar gula darah yang tidak seimbang. Yang tentunya berbagai penyakit siap menanti.

Lemahnya Daya Tahan Tubuh

Ini yang aku alami, diluar kesadaranku dengan rasa khawatir yang berlebihan itu buat imunku drop. Gampang sakitnya. Sedikit-sedikit migren kalau sudah kebanyakkan mikir + khawatir jadinya vertigo.

Fisik Lemah

Hai ternyata rasa khawatir yang aku alami itu berdampak kepada fisikku. Lemah, cepat capek dan hilang semangat. Payah deh pokoke.

Jantung Berdebar

Siapa disini yang pernah ngalami jantung berdebar kencang gak karuan kaya aku? nyaman gak sih rasanya? Jujur sangat-sangat tidak nyaman. Aku bahkan sampai pegangin ini jantung yang berdetak kencang. Kembali lagi, diluar kesadaranku dari rasa khawatir yang berlebihan itu detak jantungku tidak karuan. Sepertinya kencang sekali. Bahkan aku pernah loh ke dokter jantung diperiksa semua jantungnya dengan alat yang dijepit-jepit semua. Ah aku lupa namanya apa ya. EKG apa ya? he…he…he udah lama sih.

Nah dokternya lagi-lagi bilang begini,

“Jantung ibu normal. Hanya saja detak jantung ibu kencang karena ada beban pikiran”

Lagi-lagi hal yang sama,khawatir yang berlebihan. Yang terkadang sulit disingkirkan.

Mengganggu Pencernaan

Perasaan khawatir juga ternyata berdampak pada sistem saraf, yang nantinya bisa memengaruhi kerja saluran pencernaan. Ini juga pernah aku alami, sebentar-sebentar ke belakang. Perus mulas padahal tidak makan pedas atau salah makan. Selain itu, rasa cemas dan khawatir juga berpengaruh pada sirkulasi darah di dalam tubuh.

Nyeri Otot

Akibat khawatir berlebihan juga dapat memunculkan rasa nyeri di otot.Rasa khawatir juga bisa meningkatkan produksi hormon stres kortisol dan menyebabkan ketegangan pada otot. Inilah yang nantinya bisa menyebabkan sakit punggung, sakit kepala, dan lainnya.

Ah ternyata khawatir yang berlebihan itu efeknya buanyakkkkk….sekali. Selain hal diatas teman-teman ada pernah mengalami hal apa? yuks berbagi cerita disini (D/s)

Enjoy Your Life

91 thoughts on “Dampak Khawatir”

  1. Udah pernah Denniiise!
    Aku merasakan anxiety hingga menggigil, pusing berkepanjangan, sakit gigi ngiluuuu gitu padahal ke dokter gigi, giginya baik-baik saja!

    Membuat masalah besar jadi kecil, dan masalah kecil itu = tidak ada? OMG

    Aku taunya gini sih,
    saat aku ketimpa masalah aku langsung ngomooooong terus sama Allah, bilang “Allah JANGAN lepaskan TanganMU dariku, tuntun aku keluar dari sini, aamiiiin “

    Reply
  2. nah bener banget nih semua penyakit itu kebanyakan datangnya dari pikiran kita sendiri. jadi aku semaksimal mungkin mengurangi beban pikiran dan mencoba merilekskan diri supaya pikiran juga tenang

    Reply
  3. Saya punya teman yang tipe begini, terlalu khawatir bahkan untuk hal yang menurutku di luar jangkauan kemampuannya.

    Saya yang tipe santai ini, sering sebel kalau dia sudah bilang “nanti kalau…. eh tapi… kalau misalnya….”

    Reply
  4. Penyakit datangnya dari pikiran bun bener banget kata dokter. Apalagi di masa pandemi seperti ini teman group aku yg tenaga medis selalu bilang jangan dibikin parno kepikiran berlebih justru bikin diri kita sakit.

    Ini kisah nyata ya bun ada teman dia gila kerja ketika pandemi parno berlebihan akirnya jatuh sakit. Malah sama dokter suruh liburan yess dia akhirnya minta kantor untuk di pindahin bagian lapangan dan sering trip keliling Indonesia sehat dah.

    Hidup meninggal rejeki sudah diatur ya bun jd pasrah saja sama Allah

    Reply
  5. Sama mba, aku sering mengalami migrain juga, dan salah satu yang membuat kambuh itu adalah khawatir yang berlebihan sehingga membuat syaraf-syaraf tegang. Badan juga pada nyeri. Aku seringnya kalau lagi kambuh dibawa rileks.

    Reply
  6. Aaa Mbak Dennise.. sehat selalu ya..
    Aku merasakan feeling seorang ibu yang khawatir.. mungkin kelak aku akan merasakan khawatir spt mu mbak..

    Tapi memang lho kebanyakan likiran alhasil kita sakit ini itu.. kaya kmrn aku smpt merasakan sakit perut spt kaya org mau lahiran. Trs suamiku tanya, km stress ya? Suamiku sudah tahu banget, aku kalau banyak pikiran pasti sakit ini itu…

    Akhirnya mencoba menangkan pikiran dg mengadu pada tuhan alhamdulillah perlahan agak mendingan dn kitanya jg ya legowo aja ya.. semua serahkan pd Allah..

    Reply
  7. Keren istihalah dokternya. Yg besar dianggap kecil, yg kecil ditiadakan. Hehehe…
    Kalau saya sih, sekarang tuh yg penting tidak baperan. Ya jangan sampai dikit dikit dibawa perasaan, jadi pikir, sekarang saya cuek saja. Apa adanya… Asal sesuai prosedur. Alhamdulillah saya merasa lebih baik. Begitu juga yg saya sarankan kepada ibu saya

    Reply
  8. Rasanya menjadi sangat tidak nyaman dan bisa menganggu regulasi tubuh ya..
    Aku belum punya anak dewasa, kak Denise…Tapi melihat bagaimana Ibukku dulu “keras” denganku, mungkin ini salah satu caranya agar semua berjalan seperti yang diharapkan dan mengurangi tingkat stres Ibu juga.

    Kuliah memang membutuhkan banyak sekali waktu. terutama saat menghadapi tugas akhir.
    Semoga anak-anak bisa lancar mengerjakan tugasnya dan membuahkan karya yang inspiratif bagi anak muda.

    Reply
  9. Saya banget Mba, sampai udah kek jompo dong saya, saking kebanyakan pikiran dan terlalu khawatir.
    Pernah sakit saraf terjepit, migren mah udah kayak makanan keseharian.
    Sering drop, sakit sendi dan tulang.
    Astagaaaaa.. kok sama kek penyakit mama saya yang usianya 60 tahun, hiks.

    Reply
  10. Kekhawatiran yang kakak rasakan pernah dirasakan sama papa saya. Waktu saya memutuskan kuliah di jurusan Penyiaran yang ternyata kadang-kadang harus pulang jam 2 pagi dan berangkat lagi jam 5 pagi sempat membuat papa ketar ketir. Cuma setelah papa saya ajak ke lokasi syuting, beliau mulai mencoba memahami dan mengerti, mengapa dunia yang saya coba geluti itu demikian tidak jelas waktunya. Semoga nanti putrinya jadi tim produksi film yang keren ya, kakak. Semoga kakak juga bisa segera disembuhkan dari semua kekhawatiran yang ada. Semua penyakit sadar tidak sadar datangnya karena pikiran serta hati. Semoga kita tetap disehatkan pikiran dan batinnya, aamiin

    Reply
  11. Aku pernah juga di posisi overthinking. Apa-apa dipikirkan sampai akhirnya cuma bikin sakit diri sendiri aja. Akhirnya beberapa waktu terakhir sudah belajar berdamai dengan memikirkan yang penting dan pasti2 saja dampaknya dengan diri sendiri. Apalagi pikiran yang terlalu berat malah mengundang penyakit datang 🙁

    Reply
  12. terlalu banyak khawatir itu memang ga enak rasanya mba. dulu saya juga pernah mengalami sampai ga bisa tidur berhati hari. akhirnya kepala pusinh, tensi naik dan lemes. belajar dari pengalaman kemarin kemarin, sekarang saya lebih semeleh (ini bahasa indonesianya apa ya?:). intinya lebih banyak berserah sama Tuhan biar hati tenang.

    Reply
  13. Saya sudah pernah merasakan yang namanya sakit secara fisik yg awalnya karena disebabkan oleh pikiran. Terlalu banyak mikir giman-gimana yg belum tentu terjadi, akhirnya waktunya istirahat nggak bisa tenang, lama2 badan ambruk juga. Harus belajar memilah yg dipikirkan ya Kak agar kita tetap sehat.

    Reply
  14. Kekuatan faktor psikis ya Kak. Jadi memang benar apa yang banyak dikatakan orang. Apapun sakit itu bisa bermula dari faktor psikis. Dan itu juga sangat berpengaruh pada proses penyembuhan.

    Saya pernah mengalami saat harus isoman dan melewati proses long-covid effect. Banyak banget yang terus menyemangati agar psikis saya tidak terganggu. Harus ditanamkan pada diri sendiri bahwa saya mampu melewati ini dan bertekad untuk segera pulih. Alhamdulillah it worked.

    Reply
  15. saya juga mengalami, Mba. Kalo terlalu khawatir kepala langsung pusing dan sakit. Udah gitu pasti langsung gak enak makan dan gak nyenyak tidur. Emang besar banget yaa efek khawatir ini

    Reply
  16. sebagai pasien epilepsi saya harus ke neurolog secara berkala untuk minta resep obat

    sehingga bisa sekalian curhat, sampai ngabisin waktu dokter tuh 😀

    nah dalam kesempatan itu, dokter pernah bilang jika kita punya masalah mental health sebaiknya ke psikolog karena mereka gak ngeresepin obat tapi justru punya jawaban yang jitu

    Reply
  17. Seperti yang sering dikatakan sih ya, bahwa sumber penyakit itu adalah dari pikiran.
    Maka pentingnya untuk mengelola pola pikir biar tetep positif, meski gak gampang sih

    Reply
  18. sebagai orang tua kita pasti punya kekhawtiran terhadap masa depan anak ya, wajar sih mbk juga mikir anak pulang jam 1 dan dia juga cewek. Tapi, mengatasi semua dengan banyak komunikasi dan juga kesepakatan barangkali ya. Aku sendiri kalau diposisi mbk juga banyak pikiran deh dan dampaknya bisa ke kesehatan.

    Reply
  19. Khawatir berlebih itu memang gak baik yaa karena bisa bikin pikiran ruwet dan jadinya bisa menghambat aktivitas kita yaa kak Denise

    Reply
  20. Huhu, aku nih ahlinya Mbak urusan khawatir. Overthinking malah. Dan iya, dampaknya gak enak banget. Yang paling kerasa sih susah tidur, otot sakit, dan sakit kepala. Untung suami suka tenangin aku kalo kekhawatiran udah berlebihan. Udah bawaan perempuan kali ya khawatir berlebih itu. Kudu mulai belajar kayak bapak-bapak. Walopun jangan terlalu cuek. 😀

    Reply
  21. Ya, namanya juga ibu-ibu ya. Apa-apa memang cenderung dipikirin. Tapi bener banget, kekhawatiran berlebih mengundang penyakit. Meskupun ga gampang harus bisa, memanage pikiran. Mungkin banyak beraktivitas seperti olah raga bisa membantu mengurangi ya. Soalnya saya juga lagi belajar biar ga sering was-was..

    Reply
  22. Alhamdulillah aku termasuk cuek orangnya , ha ha ha pun sebagai manusia nggak ada yg nggak mikir, tapi belajar mana yg harus dipikir dan abaikan ,kudu ya. Karena kebayang aku orang yang apa – apa dipikir, numpuk ini kali ya yang bikin stress dateng kak

    Reply
  23. Dulu saya termasuk yang perfeksionis. Kalau gak sesuai ekspektasi bisa sampai dipikirin banget. Tapi, kalau sekarang berusaha lebih santai. Karena tubuh udah beda kondisinya. Asalkan ada yang terlalu dipikirin atau dikhawatirin pasti deh sakit kepala. Malah jadinya gak nyaman.

    Reply
  24. Ternyata benar ya Kak, apa-apa yang berlebihan itu nggak baik, termasuk berpikir dan khawatir yang berlebihan bisa menimbulkan banyak masalah lain, terutama kesehatan kita yang jadi taruhannya. Semoga sekarang dan ke depan sudah bisa lebih santai ya Kak, Semangat!

    Reply
  25. Bener banget nih, kesehatan tubuh juga dipengaruhi oleh pikiran. Aku juga kalo udah banyak kerjaan yg belum selesai dan terbawa ke pikiran, efeknya terasa ke kesehatan tubuh. Gampang sakit jadinya

    Reply
  26. ternyata memang gak baik untuk kesehatan kita yaa kak kalo hidup itu terlalu dipenuhi dengan kekhawatiran berlebih, hubungan antar personal dgn org lain juga jadi terganggu

    Reply
  27. Namanya orang tua apalagi Ibu seringkali khawatir. Zaman anak bayi khawatir ga mau makan, BB kurus, dll. Setelah anak kuliah pun khawatir kok sampai pulang malam. Kuliah gini amat?
    Ku ingat pesan dr. Hardi, berpikir boleh tapi jangan berlebihan.
    Sehat-sehat Mbak Denise 🙂

    Reply
  28. Baca artikel kaka aku jadi mikir apakah yang aku alami belakangan ini gara gara khawatir yang berlebih juga? Karena ya selain badan ga enak psikis juga nambah kan bebannya. Buat hilangin rasa khawatir gimana ya ka enaknya apalagi buat ibu baru yang lagi banyak pikiran sama kerjaan, cari pengganti yang kerja di rumah, ina itu 🥲 duh pusing

    Reply
  29. Psikosomatis mulanya juga dari pikiran, ya mba. Aku pribadi juga sekarang merasa pusing kalau lagi banyak beban pikiran. Tips dari dokter di atas sebenarnya ampuh banget, cuma aku sendiri merasa seperti sulit untuk membuat masalah tsb jadi kecil. Duh, manusia yaa

    Reply

Leave a Comment