Hai, Panggil Aku Manis

Apakah aku terlihat Manis disamping Kamidia Radisti

Hai, perkenalkan namaku Dennise

Nah, nama ini sering dipertanyakan kalau tidak dilihat wujudnya. Seringkali orang menduga si Dennise itu pria. Saat pesan ojek online misalnya. Saat chatting si driver sapa aku,

“Siang pak, pesanan sesuaikan dengan titik map ya”

“Betul pak, tapi saya perempuan, bukan bapak”, ralatku. Dalam hatiku apa dia tidak lihat tulisan namaku “Dennise”, kalau diluar negeri Dennise itu nama perempuan. Di Indonesia juga nama Dennise itu perempuan. Artis Dennise Calista. Tapi mungkin karena membacanya Denni….saja (ambil gampangnya) jadilah aku dipanggil dengan bapak.

Pernah juga, driver online saat sapa aku dalam chating,

“Siang bang, pakai baju apa?”

“Merah”

“Baik bang, segera saya kesana”

Sesampai di lokasi sesuai dengan titik lokasi, si abang ojek celingak celinguk. Dia mencari pria yang  berbaju merah, tidak ada.

“Pak cari siapa?”, sapaku.

“Bang Dennis”

“Alamatnya?”

“Jalan Mahakam”

“Itu pesanan saya bang”

“Loh bukannya pria?!”

“He…he…he…, nama saya Dennise. Itu nama perempuan bang bukan pria”

“Oh maaf ya kak!”. ujarnya gak enak.

Tapi yang namanya salah panggil adalah hal sehari-hari yang aku sendiri sudah tidak kaget. Nah, kalau dilingkungan keluarga (saudara-saudara) aku seringkali dipanggil dengan “Manis”. Keren ya namanya. Itu akronim atau karena si Dennise dipandang berwajah manis (he…he…he…).

Ternyata oh ternyata itu akronim

Manis= Mama Dennise. Jadi dikalangan keluarga Batak (walaupun tidak ada hukum tertulisnya) biasanya kalau seorang perempuan sudah menikah ada penyematan sebutan status. Boleh nama anaknya, semisal anakku yang pertama namanya Rachel maka dipanggil dengan nama Mama

Baca juga: Emak Keren: Emak Multitasking

Tapi karena sejak masa anak-anakku sekolah, dilingkungan ibu-ibu orangtua murid sudah dikenal dengan nama Manis alias mama Dennise, jadilah nama itu keterusan dipanggil. Baik itu kalangan keluarga, pertemanan maupun lingkungan rumah.

Aku bersama mama-mama berwajah manis

Ada juga temanku yang dipanggil dengan Mama Rani. Sama denganku ini adalah dari nama kecilnya. Nama panjangnya Ranirtyas.

Bicara status menjadi mama bagi anak-anak, pastinya ada cerita suka dukanya. Nah aku mau berbagi cerita, dari sukanya dulu deh. Sukanya, ketika anak-anak tampil sebagai anak manis. Nurut tidak berulah, nilai sekolah baik. Tapi apa iya semua itu bisa tercapai?

Oh tentu tidak,

Baca juga: Ibu Hebat: Ibu yang Tidak Malu Belajar

Menjadi orangtua itu proses belajar seumur hidup dan tidak ada sekolahnya. Pernah ada seorang teman yang bilang begini kepadaku:

“Enak ya kamu Dennise, punya anak sudah besar. Sudah bisa mandiri”, ungkap seorang teman SMAku. Sebut saja namanya Lita. Aku menikah usia 25 tahun sementara dia menikah usia 35 tahun dan baru dapat anak di usia 38 tahun. Sekarang anaknya masih balita.

Baca jugaAnak Mbandel Kok Bisa Sukses… Why Not?!

“Ada suka dukanyalah, Lit! Sukanya karena mereka sudah mandiri. Tapi sudah tidak bisa diatur termasuk jam pulang ke rumah. Sudah punya dunia sendiri. Lebih banyak kumpul dengan teman-teman sebayanya daripada dengan kita sebagai orangtua. Sementara kamu sebagai ibu dengan anak yang masih balita, mungkin dukanya karena masih banyak urus keperluan anak. Tapi anakmu pastinya masih bisa diomongin, tidak membantah. Iya….kan?!”

Foto: aku & ABG ku, Rachel dan Glory

“Iya sih”, he….he…he

Kita sebagai orangtua perlu banyak belajar dan mengenal dunia parenting. Baik itu dari seminar atau pertemanan sesama orangtua. Pola asuh anak zaman now tentunya tidak bisa disamakan ketika masa orangtuanya masa kanak-kanak. Semisal, ketika kecil (dimasa kita) sudah pandai memasak, tertib mengerjakan PR Sekolah. Zaman sekarang, terkadang hal itu sulit diterapkan. Jangan males untuk bergabung di grup WA yang isinya para orangtua yang sebaya dengan anak Anda. Ini tujuannya untuk bisa saling share. Karena seringkali kita sebagai orangtua dibuat terkaget-kaget dengan tingkah laku anak-anak. Sudah kaget bingung mau mengerjakan apa, yang ada hanya emosi.

Baca juga: Harta Termahalku Adalah Anakku

So semangat ya, para mama-mama semua yang ada disini. Kita semangat sebagai orangtua mendidik, membesarkan mereka dengan cinta kasih. Love: Manis (D/s)

 

 

2 thoughts on “Hai, Panggil Aku Manis”

  1. Wahhh sama, mamaku juga sering banget dipanggil dari nama anak-anaknya. Tapi kalau circle kumpulannya udah beda, kayak ditempat kerja atau diluar pasti manggilnya sudah nama aslinya. Jujur pas udah gede emang sih jak waktu pulang kerumah agak sedikit telat, tapi sebisa mungkin pulang tidak terlalu larut atau malah bikin khawatir orang tua aja hhe

    Reply

Leave a Comment