Happy morning bestie…
Kita ngobrol yuks. Siapa disini yang generasi kelahiran tahun 70-an? atau 60-an ? tapi bisa jadi tahun 80-mungkin masa kita sama ya. Masih ingat gak ya zaman kita dulu sering diminta teman untuk nulis (saling bertukar) di buku diary.
Aku ingat waktu itu ada banyak teman di SD dan SMP yang saling bertukar buku diari. Motif diarinya lucu-lucu. Ada yang gambar Hello Kitty, Snoopy. Dulu itu di zamanku kalau sudah pakai produk Hello Kitty dari Sanrio (produk Jepang) ada kebanggaan tersendiri. Karena apa? ini produk mahal. Zaman aku itu belum begitu banyak produk bermerk seperti sekarang.
Produk-produk Sanrio identik dengan warna pink dengan gambar boneka kucing. Nah, untuk memiliki itu aku harus nabung dari uang saku + ditambah tambahan uang jajan dari orangtua saat aku rajin bantuin di rumah, he…he…he
Koleksi yang kumiliki saat itu antara lain botol minum, sapu tangan, dompet, jepitan rambut, ikat pinggang dan buku diary. Wiih…bangganya saat memiliki dan pamerin ke teman (jangan di bully ya aku! bukan niatan mau sombong kok. Tapi masa SD memang bangganya luar biasa deh memakai produk Sanrio)
“Mau dong diisiin data-datanya ya teman-teman. Nama, alamat, tanggal lahir, hobby, cita-cita”, kataku pada teman sekelas di SD. Mengapa aku tidak minta nomor telpon? Nah di zaman itu memang belum ada telpon. Tahun 1970-an -1980-an. Jadi dipastikan jika mereka punya pastilah anak orang ada.
“Wiih…keren banget buku diarynya. Hello Kitty!”, teriak Sarah teman sebangku-ku kagum.
“Hasil nabung uang jajan”
“Eh kamu juga isi biodatamu juga ya Dennise. Buat kenang-kenangan”, ucap Sarah sambil memberi buku diarynya.
Kami saling mengisi biodata. Ada banyak temanku yang mengisi biodata dibuku diaryku. Yang menarik dari isian mereka adalah cita-cita. Nah zaman itu teman-temanku mengisi biodatanya dengan cita-cita jadi: dokter, pilot, polisi, tentara, insinyur (saat itu jadi insinyur ngetop banget). Giliran aku bestie? kalian tahu isian aku apa? Cita-cita: Orang terkenal.
“Wow….keren Dennise kamu mau jadi orang terkenal? Terkenal apanya, endutnya?”, ledek temanku Heru. Ini anak emang paling senang ledekin temannya. Padahal dia juga jauh dari unsur ganteng. Wong dia cungkring gitu, kurus, kulit gelap.
Baca juga: Body Shaming? Jangan Panik!
“Terkenal karena prestasinya. Aku mau jadi artis atau sutradara film gitu deh”, ucapku dengan kenesnya.
“Memang ada artis endut? Udah deh jadi tukang masak aja. Kamu’kan suka makan, cocok tuh!”, ledek Heru makin menjadi.
“Atau aku jadi dokter saja. Jadi kamu yang kurus kering aku suntik gemuk ya!”
“Udah-udah! kalian itu kaya Tom & Jerry (tokoh film kartun zamanku yang selalu ribut saja saat bertemu). Heran ya! kamu ini Heru, si Dennise punya cita-cita apa saja mengapa usil. Mengapa kamu mau jadi orang terkenal nak?”, tanya Bu Sulastri wali kelasku lembut.
“Pengen saja bu. Dikenal banyak orang. Aku masih bingung sih kelak nantinya mau jadi apa kalau sudah besar nanti. Tapi aku suka drama, aku suka nulis, aku suka berhayal”. ucapku.
“Nah cocok itu cita-citamu dengan bakatmu. Memang sebaiknya antara cita-cita dan bakat kalau bisa selaras ya jalannya”, ucap Bu Sulastri.
Baca juga: Anak Nakal, Anak Keren,Wow…
Bestie….
Siapa disini yang cita-citanya dari kecil tidak berubah sampai dewasa? tetapi ketika bekerja akhirnya berbeda? Nah, ini aku banget ya. Dari dulu aku’kan memang bercita-cita jadi orang terkenal. Dan memang sejak kecil sudah suka nulis dan berhayal. Kebetulan juga nilai matematikaku itu mepet-mepet alias tidak pernah nilai tinggi. Paling banter diangka 6. Beda dengan nilai bahasa Indonesia rata-rata 9 sampai 9,5 mentok-mentoknya 8. Jadi ya sejalan ya semuanya. Nilai eksakta tidak bagus tetapi untuk nilai yang lain bagus.
Kehendak hati inginnya kuliah di IKJ ambil jurusan sinematografi yang saat tamat nanti jadi sutradara film. Tetapi kenyataan berkehendak lain. Orangtua tidak menginginkan aku jadi seniman. Beliau ingin aku bertitel keren. Maunya sih jadi Ir, Dra atau dokter. Tapi itu’kan kemauan orangtua. Melalui proses bujuk membujuk akhirnya orangtua mengijinkan aku kuliah di Institut Ilmu Sosial & Politik (IISIP), yang dikenal juga dengan sebutan Kampus Tercinta. Disana aku kuliah di jurusan Ilmu Jurnalistik. Walaupun kuliah tidak sesuai dengan vasion hidup pengen jadi Sutradara Film, tapi masih adalah hubungannya dengan dunia tulis-menulis.
Baca juga: Anak Broken Home Bisa Sukses,Why Not?
Dan akhirnya aku tamat kuliah, cita-cita awal menjadi sutradara film sudah dikubur jauh-jauh. Karena untuk profesi itu dibutuhkan skill lalu berharap ilmu yang didapat bisa diaplikasikan dalam dunia kerja. Ternyata ho…ho…ho…impian tinggal impian si Dennise tidak jadi kuli tinta juga. Aku bekerja di jurusan yang berbeda. Pernah menjadi Kepala Penjualan di Holland Bakery (8 tahun), Manager Pelangsingan Badan ( 2 tahun) dan terakhir di perusahaan management building, selama 17 tahun. Yang pasti satupun tempat kerjaku tidak ada yang menyerempet di bidang penulisan, lucu…ya.
Tapi namanya hobby nulis dan berhayal itu tidak bisa dihentikan ya bestie. Di sela-sela waktuku yang ada aku rajin menulis artikel ke tabloid dan majalah seperti Nova, Femina, Kartini.
“Kamu mengapa tidak buat blog saja Dennise?”, tanya seorang teman sesama penulis freelance.
“Ah blog, ya…ya…ya…aku pernah dengar. Tapi bagaimana caranya?”, jujurly aku gaptek abis. peristiwa itu terjadi sekitar tahun 2016. Akhirnya dengan sabar temanku membuatkan aku blog dan bagaimana cara menulis di blog.
Saat itu aku masih sambilan menjadi blogger karena’kan masih bekerja kantoran. Jadi tidak bisa full nulis. Sampai akhirnya tibalah ditahun 2021 aku resign di perusahaan tempat bernaung selama 17 tahun. Hmm…anak-anak minta aku untuk buka usaha kelontong saja supaya ada kesibukan setelah pensiun dini. Jelas-jelaslah aku tolak. Pertama modalnya gede. Kedua aku tidak punya pengalaman jualan. Ketiga aku gak betah bekerja seperti itu.
“Ogah ahh! pekerjaan yang gak sesuai dengan kata hati”
“Waduh mami kata hati. Nanti jangan ngeluh ya kalau be-te di rumah. Kan yang minta pensiun dari kantor mami. Padahal kantor masih butuh mami”, tandas Rachel, si sulungku.
“Iya mami gak be-te!”, ucapku meyakinkan. Padahal dalam hati mikir juga mau kerja apa ya di rumah. Apalagi anak sudah gadis. Mereka punya kesibukan sendiri. Biasa bekerja kantoran tiba-tiba jadi ibu rumahtangga sejati,oh…tidak! Aku pasti be-te abis. Sambil melamun, eh tiba-tiba mampir si good idea. Mengapa aku tidak jadi blogger? hobby yang dulu sempat ditekuni.
Seperti my bestie Fionaz yang menjadi Blogger Lamongan. Ah keren sekali ibu dari 3 orang puteri cantik ini menyebut dirinya sebagai blogger dari kota asalnya, Lamongan. Nah kalau si Dennise apa iya namanya Blogger BatMan alias Batak Manado? Atau blogger Medan. Tetapi apapun itu kita memang harus bangga menjadi blogger.
Bagiku blogger itu sebuah profesi yang menyenangkan. Untuk yang hobby menulis terkesannya gampang menulis di blog dan yang tidak bakat menulis rasanya menulis itu sulit banget ya. Menurutku sih menulis di blog seperti menulis di buku diary saja. Aku senang membaca tulisan dari pemilik nama lengkap Fionaz Isza . Seperti pada kumpulan artikel blog yang ditulis dengan judul SEO Moms Community Tempat Belajar SEO Pemula Untuk Moms, nah itu manfaat banget untuk kita-kita pemula sebagai blogger termasuk aku tentunya loh.
So, sekarang pilihan hidup si Dennise menjadi blogger. I’m happy & fun. Beda dulu ketika kerja kantoran semua serba formil di panggilnya ibu, semua serba ditata. Termasuk dalam berpakaian wajib rapi dan wajahpun full make-up. Kalau sekarang jadi blogger, nulis tidak harus dandan. Baru mandi di depan laptop ditemani segelas kopi hanya pakai kaos oblong + celana pendek, tidak ada yang protes. Not under pressure karena memang beda banget cara kerjanya.
Kalau ditanya penghasilan, memang beda ya. Kantoran tiap bulan jelas dan akhir tahun ada bonus + THR+ asuransi kesehatan. Namun kembali lagi selain tingkat kejenuhan yang sudah melambung tinggi + under pressure, ya aku sudah kembali menemukan ke asikanku di dunia blogger. Ada kebahagiaan tersendiri yang tidak bisa dibeli dengan uang. Aku bangga loh menjadi blogger. Kalian sahabatku yang juga blogger bangga jugakah seperti aku? Berbagi cerita ya disini (D/s)
3 thoughts on “Hidup Ini Pilihan: Jadi Blogger? I’am Happy”