Ibu Hebat: Ibu yang Tidak Malu Belajar

Foto: Jangan malu untuk terus belajar

Entah kenapa aku rajin mengamati kekepohan di sekitarku, yang umumnya kepoh itu ditimbulkan oleh kaumku-Perempuan- yang selalu nyinyir dengan status sesama perempuan.

Misalnya,

Baca juga:  9 Kebahagiaan Si Jomblo

Perempuan belum menikah

Ya ampun jangan suka milih-milih. Entar gak laku loh! Memangnya barang dagangan

Perempuan sudah menikah

Baca juga:  Hidup Itu Pilihan: Menikah/ Masih Single

Kok belum punya anak? Jaga badan atau kurang tokcer? ampun deh tuh mulut lemes banget

Sudah punya anak

Kok gak nambah lagi? susah ya dapatnya

Anak sudah dewasa

Kok belum menikah? nanti keburu tua susah dapat anak

Anak sudah menikah

Kok belum punya cucu. Enak loh,kalau kita punya cucu ada hiburan

Aha, gak selesai-selesai. Ada aja yang dicari dan ada saja bahan untuk dijadikan gosip. Hal ini yang menjadi alasan mengapa saya jarang berkumpul dengan tetangga.

Ketemu tetangga itu enaknya saat papasan saja di jalan say hello. Kalau khusus untuk ngobrol aku memang menghindari. Kecuali ada yang penting. Karena kadang-kadang harum, kalau setiap hari “menghindari” adanya gangguan.

Oh ya di tempat tinggalku ada grup WA RT. Suatu hari ada yang nyeletuk di grup,

“Bu Ida utangnya kapan dibayar ya?”, ujar Bu Ana.

“Sabar bu!nanti ada uang juga saya bayar”, ujar bu Ida.

“Ya kalau ada uang, kalau gak gimana?”

“Lagian sih ibu minjam duit pake bunga, seharusnya kan saya sudah lunas kalau cicilan bunganya tidak tinggi”

“Loh yang minta ibu pinjam duit ke saya siapa? Kok ibu yang ngotot. Kan sebelumnya saya sudah infoin pinjam duit pake bunga”

“Maaf ibu-ibu jangan ribut di WA, malu”, tiba-tiba pak RT Andi menegur karena suasana semakin genting.

“Biarin aja pak RT biar tahu sekalian bahwa dia ngutang gak bayar-bayar”

“Bayar pak RT tapi bunganya nyekik. Mana saya sanggup”, bela bu Ida.

“Kalau kalian masih ribut juga saya keluarkan dari grup. Nanti malam kalian ke rumah saya, kita selesaikan secara musyawarah”

Suasana hening. Entahlah apakah sampai sekarang apakah hutangnya sudah lunas atau sudah berdamai. Aku tidak pernah kepoh ngurusin. Karena mengurus diri sendiri dan anak-anak saja sudah PR loh, benar gak sih?

Kita yang sudah menjadi orang tua, dikarunia anak adalah anugerah. Aku ingat ketika melahirkan anak pertama Rachel. Zaman itu belum ada mbah google untuk kita bertanya.

Karena aku bekerja, suami bekerja, akhirnya aku memutuskan untuk tinggal bersama orangtuaku. Suami tidak keberatan.

Suatu hari pulang kerja, sengaja saya mampir ke supermarket untuk berbelanja makanan Rachel.

“Duh buat apa kamu belanja bubur-bubur seperti ini. Mama’kan bisa buatin sendiri untuk anakmu. Zaman kamu dulu kecil, tidak ada tuh makanan kemasan seperti ini. Tahu gak makanan dimulai banyak pengawetnya. Nanti anakmu bodoh!”

“Ya gak lah ma! justru makanan ini mencerdaskan anak. Tuh ada tulisannya”

“Ya namanya juga iklan. Orang jualan’kan harus begitu biar dagangannya laku”

Waduh kalau diterusin nih sama mama berdebat bisa panjang. Gak ada yang salah sih dari beliau. Apa yang diterapkannya pada cucunya sama dengan yang diterapkan padaku ketika masih kecil. Padahal zaman sudah berubah.

Jadi ingat seorang teman, Mbak Eny Parenting di Malang , yang banyak membahas tentang parenting. Pola asuh yang baik untuk Indonesia yang lebih baik. Di Sekolah Parenting Harum banyak dibahas tentang permasalahan antara orang tua dan anak.

Kalau boleh jujur ​​ya,

Aku sudah 26 tahun menjadi ibu untuk anak-anak. Beberapa teman ada yang memuji (walaupun aku kurang begitu berkenan)

Aku & Rachel (26th) happy ber-2

“Hebat ya kamu Dennise membesarkan 2 orang anak seorang diri. Ibu Hebat! Kalau aku gak mampu”,ucap seorang teman.

“Itu bukan karena kekuatanku tapi semua datangnya dari Tuhan”

“Aku suami istri saja bekerja masih keteteran membiayai sekolah anak. Kamu hebat ya, bisa kuliahkan anak sampai selesai. Di swasta semua”

“Kembali bukan karena aku. Tapi karena Tuhan dan aku hidup irit dan penuh perhitungan. Supaya keberlangsungan hidup terus terjaga”

Menjadi Ibu Hebat,

Kami para ibu hebat, yang berjuang dengan berbagai masalah but still happy

Beberapa kali temanku mengucapkan aku Ibu Hebat. Padahal semua kita yang telah menjadi Ibu bisa menjadi Ibu Hebat yang tidak malu untuk belajar dan belajar.

Menjadi ibu itu tidak ada sekolahnya. Yang mengajarkan kita “ibu” jadinya bisa karena situasi, keadaan dimana banyak hal yang harus kita hadapi.

Terutama belajar untuk bersabar. Ini sebuah pelajaran yang tidak mudah. Sabar dan mengurangi ego. Mungkin kalau hal ini tidak saya lakukan pada anak-anakku tidak akan menyelesaikan kuliahnya.

Mengapa?

Karena berbeda denganku. Kedua anakku kuliahnya bukan mau ku jurusannya. Tapi maunya mereka. Belajar dari pengalaman teman-teman yang “mengedepankan” egonya pada anak, akhirnya anak berhenti kuliah di tengah jalan karena tidak sesuai dengan keinginan.

Apakah Tugasku Sudah Selesai?

Belum dong. Mereka masih perlu dibimbing, belum menikah, masih tinggal bersamaku. Ya tarik ulurlah ya pada anak-anak. Kapan kita harus tegas, kapan harus lunak. Jadikan anak sebagai teman bukan lawan. Kalaupun ada yang mengganggu, berdiskusi dengan pikiran tenang.

Semangat ya orang tua (D/s)

 

Leave a Comment