Ikhlas, Mengapa Sulit?

Julia dan Roni adalah pasangan ideal di mata keluarga besar mereka. Kekompakan mereka dalam mengasuh anak perlu diacungkan jempol. Anak-anak mereka Debby (10 tahun ) dan Mima ( 7 tahun) tumbuh menjadi anak yang mandiri. Padahal jika mau melihat kekayaan yang dimiliki orangtuanya mereka tidak perlu ke sekolah naik angkot. Cukup minta pada ayahnya yang seorang direktur pada perusahaan batubara untuk menyediakan supir pribadi.

Hanya saja disini Julia, sebagai ibu mengajarkan pada anaknya untuk mandiri. Tidak tergantung pada orang lain.

“Harta itu titipan! kapan saja Tuhan mau ambil bisa. Bagi ibu terpenting kalian sekolah setingginya agar ada modal di masa depan kelak”, begitu selalu pesan wanita usia 40 tahun ini pada anak-anaknya.

Dan seperti sudah ada firasat Julia mempersiapkan anaknya untuk mandiri tiba-tiba saja seperti di sambar geledek di siang hari Julia didatangi tamu tak di undang seorang wanita muda membawa anak kecil usia 4 tahunan. Wanita itu mengaku istri sah dari suaminya.

“Kami sudah menikah siri mbak di Kalimantan”

“Kamu jangan ngaku-ngaku ya. Bilang saja kamu mau harta suamiku’kan. Berapa kamu mau?”

“Aku tidak perlu menyebut berapa. Karena suami mbak tiap bulannya transfer ke saya. Hanya saja saya datang kesini karena anak saya kangen ayahnya, sudah 4 bulan tidak pulang ke Kalimantan”

Emosi Julia memuncak, darahnya mendidih. Tidak, tidak mungkin Roni berselingkuh! Dia ayah yang baik. Sayang dengan keluarga, selama ini rumahtangga mereka aman-aman saja. Roni selalu memberi perhatian penuh. Sesaat Julia memandang anak kecil itu. Hatinya tidak bisa memungkiri bahwa wajah anak itu persis 90% wajah suaminya.

Saat itu kebetulan sedang di rumah. Tanpa berbasa-basi, Julia menanyakan cerita itu.

“Pa katakan dengan jujur, wanita ini bukan istri sirimu’kan?!”

Roni hanya menunduk dia tidak berani menatap istrinya. Wajahnya dipalingkan keluar.

“Pa….”

Tiba-tiba anak kecil itu berlari memeluk Roni,

“Papa, Abi kangen”

Roni tidak kuasa memeluk darah dagingnya. “Papa juga kangen nak”, mata Roni berkaca-kaca.

“Maafkan aku ma, khilaf!”

Pernyataan Roni ini sangat menusuk hati Julia. Dia sangat tidak menyangka diam-diam suaminya melakukan hal yang diluar dugaan dan nekad. Selama ini apa yang kurang dari Julia. Cantik, pintar urus anak, tidak neko-neko, perhatian dengan suami.

Berpisah adalah yang terbaik untuk kesehatan mental Julia. Walaupun suaminya memohon-mohon dan berjanji akan bersikap adil, bagi wanita asal Sulawesi Utara ini, dirinya akan menjadi sakit jika di poligami. Apakah Julia, Ikhlas? ini yang sangat sulit. Sampai sekarang dia belum bisa memaafkan dengan ikhlas perilaku suaminya.

Mengapa Ikhlas itu sulit?

Dendam

karena perasaan amarah, dendam itu masih menguasai diri. Bahkan terkadang dendam itu terus disimpan hingga suatu harri nanti bisa dilampiaskan kepada orang yang sama. Andaikan tidak bisa, seringkali hal ini terucapkan juga, “suatu hari kamu akan merasakan apa yang aku rasakan”

Maaf Hanya Sekedar Dimulut

Terkadang seseorang hanya lips service memberikan kata maafnya kepada orang yang telah menyakitinya. Mungkin ada rasa tidak enak, apalagi jika meminta maaf di depan orang banyak maka akhirnya dimaafkan, walaupun tidak ikhlas.

Masalah Masih Ditahan

Seorang yang mengatakan memaafkan, tetapi tidak ikhlas biasanya ada masalah yang masih ditahan. Baginya aku sih memaafkan kesalahanmu, tetapi masalah itu tetap aku ingat seumur hidupku, serem’kan… masalah tetap di sayang dan diingat-ingat, tidak mau dilepas.

Tidak Percaya

Rejeki, hidup, mati kita manusia ada di tangan Tuhan. Nah seringkali Tuhan memperkenankan sebuah peristiwa hidup kepada ummatNya. Misalkan saja ditipu, puluhan juta (rejeki), kehilangan anggota keluarga karena kecelakaan (mati), melahirkan anak tetapi tidak sempurna (hidup). Peristiwa diatas memang semua tidak ada enaknya, menyakitkan. Bahkan kalau boleh bernegosiasi sama Tuhan, jangan Tuhan! yang bagus-bagus saja terjadi padaku.

Dampak Tidak Ikhlas:

Emosi Tidak Stabil

Orang yang tidak bisa ikhlas didalam hidupnya untuk suatu peristiwa yang dialami, biasanya emosinya sering tidak stabil. Hari ini baik, besok bisa meledak-ledak mengingat kembali kejadian yang dialami.

Tidak Bersemangat Hidup

Karena terus dihimpit rasa kecewa, memaafkan masa lalu tetapi sesungguhnya tidak ikhlas akhirnya berdampak pada kehidupan sehari-hari. Tidak bersemangat dan tidak tahu mau melakukan apa.

Menurun Kesehatan

Ini yang fatal, tanpa disadari masalah seringkali dipikirkan terus padahal peristiwanya sudah berlalu lama. Seperti yang dialami Julia. Memang menyakitkan yang dialami Julia, tetapi nasi telah jadi bubur. Suaminya sudah minta maaf dan mereka sudah berpisah. Namun, karena Julia masih terus memendam rasa sakit itu bertahun-tahun akhirnya imun tubuhnya turun. Tubuhnya mudah sakit, tiap bulan ada saja sakit yang mampir. Entah vertigo, asam lambung naik, jantung kadang berdebar kencang. Sangat menderita.

Tidak Ada Damai

Seseorang yang tidak bisa Ikhlas dengan tulus sulit untuk berdamai. Jangankan ke orang lain berdamai kepada dirinya sendiri saja sulit.

Apa yang harus dilakukan?

N I A T

4 huruf ini dikit ya, tapi jika dijalankan dengan benar dampaknya luar biasa. Jadi IKHLAS itu harus diniatkan BUKAN diperkataan saja. Kalau niat itu dari dalam hati tapi perkataan cuma untuk menyenangkan orang lain. Sangat menderita sekali loh kalau tidak bisa ikhlas dengan tulus, hidup terus dihantui bayangan masa lalu.

Berpuasa

Cobalah melakukan puasa, Senin & Kamis misalnya. Puasa baik sekali untuk melatih emosi terutama ketika menghadapi masalah, dibuat menjadi tawakal , berserah pada Sang Pencipta

Bimbingan Rohani

Anda bisa menemui tokoh agama seperti pendeta ataupun ustad. Ceritakan semua masalah yang dialami, jangan ada yang ditutupi. Terpenting adalah Anda meminta dibimbing bagaimana untuk bisa ikhlas dengan tulus.

Berdo’a

Kita punya Tuhan, percayakan hidup pada Sang Pencipta jangan keraskan hati. Semua peristiwa hidup diijinkan dialami itu tentunya atas kehendakNya. Percaya bahwa dibalik masalah ada rencana Tuhan yang baik di dalam setiap kehidup ummatNya. Karena TULUS IKHLAS itu meningkatkan iman menjadi lebih sempurna lagi. (D/s)

53 thoughts on “Ikhlas, Mengapa Sulit?”

  1. Terbayang ya gimana pedihnya jika menempatkan diri sebagai Julia. Gak disangka dan gak dinyana, suami yang baik itu ternyata main belakang. Nah rontok deh semua teori tentang kepercayaan diri, rumah tangga bahagia dan macam-macam lagi. Di situasi Julia pasti sulit banget untuk keluar sebagai pemenang “ikhlas”. Tapi ya apa boleh buat, harus belajar ya Mbak Denise. Kalau gak bisa Julia rugi berkali-kali

    Reply
  2. memang ikhlas itu suliiittt banget dan manusiawi klo kita merasa sulit ya.
    tapi, belakangan ini saya belajar banyak soal ikhlas dari keluarga pak Ridwan Kamil.
    Semoga Tuhan memberkahi kita semua.

    Reply
  3. Dalam kepercayaan kami, bahkan ikhlas ini adalah ilmu tertinggi mba. Ikhlas memang tak sering digaungkan sebagai sikap regius layaknya ritual tertentu, namun saat kita menguasai ilmu ihklas ini, hubungan dengan Tuhan, alam, dan sesama akan jauh lebih baik.

    Reply
  4. Ikhlas itu berat karena kita memaksakan harap kita di atas kehendak Tuhan. Itu manusiawi, krn setiap manusia pasti punya harap. Satu hal yang harus kita yakini adalah bahwa manusia hanya bisa mengusahakan agar harapnya terpenuhi tapi tidak bisa mengubah ketetapan Tuhan.

    Reply
  5. Ikhlas itu memang susah, gampang diucapkan namun susah dalam pelaksanaannya. Karena nggak cuma di awal, tapi juga dalam proses dan di akhir, sepanjang waktu. Kalau ada orang yang bilang “aku ikhlas kok”, saya kadang malah nggak percaya, karena kalau iklhas itu nggak perlu diucapkan

    Reply
  6. Sulit memang ya ikhlas itu. Tidak bisa Ikhlas dengan tulus biasanya memang sulit untuk berdamai. Jangankan ke orang lain berdamai kepada dirinya sendiri saja tak mudah. Pengalaman dengan kerabat dekat, ada masalah dengan ibu kandungnya dan marah, hingga akhir hayat sang ibu dia tak pernah ikhlas memaafkan. duh

    Reply
  7. Kalau menurutku sih, ini mungkin agak beda ya mbak, memaafkan atau juga mengikhlaskan emang gak harus melupakan kok. Misalnya, di masa lalu aku pernah disakiti mantan, hingga kini detail peristiwanya masih ingat kok. Hanya saja, ketika melepaskan, mengikhlaskan, ketika mengingat peristiwa itu, sudah tidak ada rasa sakit, atau rasa marah yang serupa dengan dulu. Gak mungkin kalau diminta melupakan. Makin berusaha melupakan, malah biasanya makin menghantui.

    Reply
  8. Ikhlas memang sulit kalau dijalankan dengan setengah hati. Harus benar benar dari hati dan berpasrah sama Allah barulah bisa ikhlas. Harus belajar. InsyaAllah lama lama bisa

    Reply
  9. pedih, kesal, campur aduk yaa. Luka yang belum diikhlaskan seperti celurit yang menempel di punggung, dibawa kemana-mana. Harus legowo, menerima, dan maju ke depan yang lebih baik.

    Reply
  10. Ilmu ikhlas ini memang lumayan berat. Nggak hanya perihal diselingkuhi, banyak hal lain dalam kehidupan kita juga yang kadang sulit sekali untuk bisa diikhlaskan. Saya sendiri setuju dengan tips yang mbak berikan di tulisan ini

    Reply
  11. Sukaak membaca blog kak dennise tentang problematika rumah tangga.

    Membaca tulisan di atas ikut sakitt banget kak aku, kebayang istri sudah berkorban eeeh suami selingkuh menghasilkan anak pula.

    Memang ikhlas itu beraat ya kak, semoga sobat perempuan di luar sana yang mengalami hal diatas bisa lepas dari rasa dendam dkk

    Reply
  12. Ya Allah kak Dennise..
    Maafkan aku selama ini. Aku selalu berhati-hati dalam berkomentar dan gak berani membawa agama. Takutnya tidak berkenan.
    Tapi saran kak Dennise mengenai puasa Senin-Kamis untuk mengontrol segala emosi buruk dan bisa menenangkan diri, melatih diri untuk menahan segala nafsu amarah, aku terhenyak.

    MashaAllah~
    Sekuat apapun manusia, sesungguhnya tidak ada sebaik-baik hal selain yang diridloin Allah.
    Semua terjadi atas izinNya. Dan ujian setiap manusia sungguh berbeda-beda kadarnya.

    Kisah kak Dennise mengingatkanku akan kasus yang menimpa artis Indonesia baru-baru ini. Dan sangat kagum dengan yang dikatakan sang istri sahnya mengenai pengakuan darah daging dari suaminya dan otomatis itu menjadi pengakuan akan masa lalu sang suami.

    Beraatt…
    pasti berat sekali kalau ada di posisi wanita yang mengalami ujian tersebut.

    Semoga Allah kuatkan bagi yang terkena ujian dalam rumah tangga.

    Reply
  13. Aku pernah menaruh dendam pada seseorang yang telah menyakitiku (tapi nggak separah Roni menyakiti Julia, sih). Seperti yang Mbak tulis “nanti kau akan merasakan bla bla bla.” aku juga mengucapkannya. Ternyata dia mengalami hal buruk dan aku justru merasa menyesal pernah mendendam. Memang ikhlas adalah jalan yang paling baik, meski terasa paling sulit.

    Reply
  14. Bener loh, kalau hati belum ikhlas memaafkan itu emosi jadi enggak stabil dan kesehatan menurun. Akupun mengalami. Jujur, dendam enggak tapi kecewa aja. Obatnya berdoa ama Tuhan, dan emang butuh waktu sih. Tapi yakin saja kalau semua terjadi atas seizin-Nya ☺

    Reply
  15. Memafkan itu mudah ya mbak, tapi melupakannya itu yang susah, untuk hal apapun apalagi seperti yg dialami oleh Julia. Pasti gak nyangka ya apa yg dilakukan suaminya

    Reply
  16. Aku kalau jadi Julia kayanya tipe yang memaafkan tapi tidak melupakan. Emang bener ya namanya ikhlas itu pastu sulit banget. SEmoga dalam perjalanan hidup kita semua diberikan kekuatan dan keihkhlasan untuk menerima takdir yang terjadi dalam hidup kita.

    Reply
  17. Terkadang persoalannya tidak sekadar niat untuk memaafkan dan melupakan saja mba. Pengalaman yang traumatik, terutama yang sangat menyakitkan, bekasnya memang luar biasa melekat. Bukan hal yang mudah untuk melupakannya begitu saja.

    Ketika seseorang sudah sanggup menjalani hari-harinya dengan normal, itu sudah progress yang luar biasa. Kadar resilient masing-masing orang tentunya beda-beda, tergantung latihan dan pengalaman hidupnya.

    Reply
  18. Kalau aku sekarang belajar untuk belajar ridha atas segala ketentuan. Karena rasanya lebih nyaman untuk nhidup. Langsung istighfar kalau muncul perasaan ‘seandainya’ atau ‘ coba kalau…’ Langsung nyari kerjaan lain yang bisa membantu mengalihkan

    Reply
  19. Ikhlas itu memang susah, saya sudah mengalami bertahun2 untuk memaafkan dan melupakan, akhirnya benar2 bisa ikhlas setelah orang yang menyakiti saya meninggal dgn cara yang tragis pula, kecelakaan.
    sekarang masih ada satu beban yang masih terus belajar untuk ikhlas

    Reply
  20. baca ini saya jadi ingat sama kang emil dan istrinya yang baru saja kehilangan putra tercinta mereka. kalau saya berada di posisi mereka mungkin nggak bakalan bisa setegar itu menghadapi kenyataan dan mengikhlaskan putranya yang meninggal. hanya orang-orang tertentu yang diberi derajat keikhlasan seperti itu

    Reply

Leave a Comment