Ingin Bahagia? Tunjukkan Bakatmu!

Foto: aku dan teman-teman lintas usia, seusai isi suara di studio

Good morning bestie,

Tanya dong, menurut kalian seni itu apa sih? Kalau menurutku seni itu sesuatu yang bisa dilihat, dinikmati dan memiliki kepuasaan tersendiri. Contohnya ketika kita bermain di pentas panggung drama musikal.

Dimana seseorang memainkan tokoh tertentu, misalnya saja sebagai Cinderella. Dia tidak saja sebagai Cinderella putri cantik dengan hatinya yang lembut tetapi sambil berdialog dia juga menari. Bahkan dialognya bisa diucapkan sambil bernyanyi.

Baca juga: Bahagia Itu Sederhana

Apakah ini memberi kepuasaan?

Tentunya saja dan bahagianya penuh. Semua energi ditumpahkan didalamnya. Di sekitar tahun 90-an (ayo siapa yang belum lahir?) aku pernah pentas di Balai Rakyat Bulungan. Di masa itu ini tempat tongkrongan anak muda yang senang berkreasi dalam seni adalah Bulungan.

Latihan Voice acting di Rumah Swara Kita ada teman blogger juga, ada yang tahu?

Cerita yang diangkat dari sebuah cerita rakyat yang berjudul Malin Kundang anak durhaka. Aku memerankan tokoh ibunya Malin Kundang. Dimana aku menangis, sedih sekali ketika anak yang aku lahirnya begitu sombong dan tidak mengakui aku sebagai ibunya.

Ini cerita yang sangat legendaris. Untuk memerankan tokoh ibu, aku harus membaca berulangkali. Dari sebuah bacaan aku menghayalkan seperti apa sosok ibu Malin Kundang. Disini aku tidak bisa sebagai “Dennise” yang kesehariaannya kala itu masih kuliah. Tapi disini aku sudah harus keluar dan memerankan tokoh seorang ibu.

Apakah Dennise bisa?

Niat dan totalitas itu modalnya. Niat saja itu tidak akan berhasil. Karena memang harus ada action yang harus dilakukan dan juga totalitas agar berhasil. Jangan ditanya ya latihannya, kami para pemain di gembleng banget.

Masih ingat aku, latihan dari sore hingga malam jam 12.00 an. Saat itu kawasan Blok M masih seram, banyak premannya. Untungnya ada teman (pria) yang sama-sama naik mobil metromini Blok M- Pasar Minggu. Ada rasa aman setidaknya.

Untuk sebuah pementasan drama musikal kami berlatih sebulanan. Semakin dekat hari H nya, semakin intensif berlatih. Sampai akhirnya kami pentas dengan durasi 2 jam. Ya untuk waktu 2 jam-an masa berlatihnya yang lama.

Letak Kebahagiaannya?

Baca juga: Kembalikan Bahagiamu dengan D O A

Ketika mendapat applause alias tepuk tangan dari penonton, rasanya puas, puas banget. Waktu, tenaga yang dikeluarkan tidak sia-sia. Apakah kami pemain mendapatkan honor?

Dimasa itu tidak mengenal istilah honor. Kami dapatnya snack dan makanan saja. Saat itu makanannya berupa nasi kotak. Dengan menu makanan yang dipilih panitia. Seandainya saat itu sudah ada digital aku bisa searching cek-cek menu di blogger makanan. He…he…he, secara aku itu picky eating alias milih-milih makanan.

Ukuran Bahagia

Takaran bahagia itu tidak bisa diukur dengan materi. Tetapi bahagia itu ketika bisa melakukan “kesukaan” yang sudah lama tidak dilakukan.

Jujurly,

Kegiatan teater alias seni acting aku lakukan saat masih kuliah. Walaupun lelah apalagi menjelang pementasan but i’am happy. Namun setelah bekerja hingga sekarang kegiataan itu sama sekali tidak pernah dilakukan.

Baca juga: 10 Pekerjaan Freelance Tanpa Mengikat

Jadi ingat,

Tahun 1990-an, aku pernah memainkan tokoh Ibu Fatmawati. Saat itu pementasannya di Balai Sarbini. Ada rasa kepuasan tersendiri saat ikut serta didalam drama musikal dalam peringatan ulangtahun Bung Karno yang diprakarsai oleh Yayasan Pendidikan Soekarno. Sayang saat itu belum ada media sosial seperti sekarang ini ya, untuk mempromosikan ataupun bercerita seputar pencapaian kita.

Cerita sekarang,

2 tahun yang lalu aku memutuskan untuk pensiun dini disaat anak-anak sudah remaja dan bisa mandiri. Beban di punggung sebagai single mom berkurang. Aku tidak lagi ngoyo cari uang jumpalitan demi sekolahkan mereka. Apalagi si kakak dan adik bedanya hanya 3 tahun.

Baca juga: Harta Termahalku Adalah Anakku

Berasa banget deh dalam pengeluaran. Semisal si kakak masuk kelas 1 SMA maka si adek masuk kelas 1 SMP. Rasanya setelah anak-anak lepas dari bangku kuliah aku sudah mulai bernafas lega. Dan mencari kebahagiaan tersendiri yaitu dengan latihan teater lagi, tehnik vokal.

Aku dan teman-teman, duduk di lantai sambil menghapal naskah

Me Time & Happy

Ketika anak- anak masih sekolah sulit rasanya mendapatkan me time. Di pikiranku bagaimana mencukupi kebutuhan sehari-hari, anak-anak sekolahnya tidak tertunda. Sehingga kesukaanku nonton film Indonesia seringkali tertunda.

Foto: Dokumen Kompasiana

Oh ya beberapa waktu lalu aku berkesempatan untuk ikut casting film “Ngidam” kerjasama antara Komiker- Kompasiana dan Kemenparekraf. Saat itu casting yang ditawarkan Ibu dengan dialek Betawi.

Wow ini suatu challenge banget untukku. Sebagai perempuan Batak seandainya terpilih itu luar biasa. Segala energi aku keluarkan. Rasanya sudah puluhan tahun tidak acting di depan kamera.

Sutradaranya bilang gini,

“Kak Dennise naskahnya sudah hapal ya?”

“Sudah kak. Oh ya tidak harus sama persis’kan kata-kata yang diucapkan dengan naskah?”

“Tidak kak! yang penting saya dapat actionnya dari kakak. Coba perankan bagaimana seorang ibu bicara dengan mantu laki untuk bersabar menghadapi istrinya yang hamil”

“Tong, namanye istri lagi hamil emang gitu. Elu kudu sabar ye!”

“Lalu coba kak Dennise menasehatin anak perempuannya yang sedang hamil”, pinta sutradara.

Saat itu di todong seketika tanpa script harus cepat create sendiri kata-katanya.
“Eh Zulaiha, emak bilangin ye, elu tuh jadi perempuan hamil jangan gede ambek ama suami. Kasihan suami elu udah capek kerja mikirin elu lagi. Hamil bukan penyakit, nikmati aje ye”

“Oke kak Dennise terimakasih ya. Ditunggu saja hasilnya”

Aku dan teman-teman usai casting

Wow senang banget. Bahagia ini rasanya luar biasa. Apalagi saat casting tidak retake alias pengulangan. Hasilnya? entahlah aku belum tahu. Berharap sih kepilih, rasanya bahagia banget di usia kepala 5 bisa berkarya.

Tidak selamanya bahagia itu diukur dengan uang (walaupun uang dapat juga memberi kebahagiaan) tapi bahagia itu kita yang menciptakan. Dan sekarang inilah kebahagiaan yang sesungguhnya saat kita bisa berkarya lagi dari bakat yang dulu terrpendam puluhan tahun lamanya (D/s)

2 thoughts on “Ingin Bahagia? Tunjukkan Bakatmu!”

Leave a Comment