Kunci Bahagia: Mencintai Diri

Foto: wajah-wajah bahagia

Hai, hai,hai… selamat pagi

Bagaimana kabarmu? apakah sudah bahagia?

Waduh pertanyaan yang sulit dijawab. Apalagi masa sekarang ini tingkat setres-nya tinggi. Untuk mendapatkan kebahagiaan itu rasanya barang langka. Banyak orang beranggapan bahagia itu kalau memiliki banyak harta 7 turunan, suami yang baik, istri yang cantik, anak yang penurut. Semua itu impian banyak orang, termasuk saya (dulu) mengidamkan semua hal diatas.

Suatu hari,

Wajah bahagia itu harus diperlihatkan

Saya bertemu teman kuliah, sebuat saja Zizi namanya. Sempat kaget karena dia berubah menjadi cantik “banget” hingga pangling.

“Zizi?!”, tanyaku ragu

“Ya Dennise. Apa kabar?”

“Baik Zi. Kok kamu ber….”, aku tidak melanjutkan.

“Berubah ya, maksudnya? he…he…he…ya ikutin perkembangan zaman. Aku banyak oplas. Hidung, bibir. Nyaris semua dioperasi. Andai nasib bisa rubah aku rubah deh”

“Tapi kamu jadinya cantik kok. Terlihat alami, pasti mahal ya”

“Relatiflah! Seseorang yang terlihat beauty ataupun cantik tergantung siapa yang mandang”

“Tapi suami memandangmu cantik’kan?!”

“Hmm, entahlah”, jawab Zizi males-malesan

“Btw Zi, tadi kamu bilang andai nasib bisa di oplas, bagaimana caranya? ada-ada saja kamu. Nasibmu sudah enak’kan. Suamimu pengusaha’kan?!”

Zizi mengangguk, tetapi jelas tersirat diwajahnya tidak ada rasa bangga jadi istri pengusaha.

“Suer Dennise andai nasib bisa di oplas alias aku rubah menjadi cantik aku akan rubah. Kamu tahu gak mengapa aku melakukan operasi semua bagian di wajahku karena aku tidak ingin suami berpaling ke wanita lain. Aku ingin dilihat cantik”

Baca juga: Hati-hati Ini Ciri Pasangan Selingkuh

“Tapi kamu memang cantik kok Zi!”, ucap saya jujur.

“Katamu cantik, kata keluargaku cantik. Tapi tidak berlaku dengan suamiku. Sakit rasanya ketika suami selingkuh dengan wanita malam. Itu perempuan tidak cantik tapi semua wajahnya di oplas dan pintar merayu. Awalnya aku masih memaafkan, yang kupikir hanya pacaran iseng saja. Namun ternyata dinikahi. Gila’kan!”

“Resmi?”

“Ya, gak lah! Nikah siri. Daripada zina. Dan lebih menyakitkan lagi wanita itu mengikat suamiku dengan sengaja hamil. Sehingga tak mungkin ditinggalkan”, ujar Zizi berapi-api.

“Lalu sekarang?”

Baca juga: Divorce Terbaik?! Daripada Diselingkuhi

“Cerailah! awalnya suami tidak mau bercerai apalagi dia sangat sayang dengan anak-anak. Dia minta aku memaafkan. Dan berjanji setelah anak itu lahir akan diceraikan”

“Ada harta gono-gini?”

“Itulah suamiku, walaupun dia jahat, berpaling hatinya ke wanita lain tetapi masalah harta dia serahkan padaku. Bahkan dia keluar dari rumah, tidak membawa apa-apa. Hanya pintanya dia dikasih ijin untuk melihat anak-anaknya”, ujar Zizi penuh isak.

“Harta tidak membuat kita bahagia Dennise. Memang kalau kita punya uang apa yang kita mau beli bisa didapatkan. Namun kalau hidup penuh dengan tangisan setiap hari, harta itu menjadi semua. Kita’kan tidak mungkin bercerita dengan uang yang kita miliki bahwa hati ini sedang gundah. Lebih baik hidup biasa-biasa saja namun bahagia didapat”

Baca juga: Uang: Berkah Vs Musibah?

Ada benarnya juga kata Zizi,

Harta tidak dapat membeli kebahagiaan. Namun kalau kita punya uang bisa memberi kebahagiaan. Oh ya saya cerita deh. Jujurly, saya punya rumah cukup lama. Di usia kepala 4-an. Membeli rumah dengan cara menyicil disebuah perumahan di kawasan Depok, bahagia rasanya. Tidak lagi tinggal di rumah orangtua. Rumahnya mungil, di tanah seluas 90 meter. Tapi cukuplah membuat saya dan anak-anak bahagia.

Baca juga: Bahagia Itu Sederhana

Foto: Bahagia identik dengan senyum

Kembali ke cerita bahagia,

Beberapa teman saya mencari bahagia sering berharap dari orang lain. Tidak ada yang salah sih. Namun akan menjadi kecewa ketika orang yang diharapkan dapatkan membahagiakan malah justru sebaliknya berhianat atau malah menciptakan masalah baru.

Baca juga: Emak Keren: Emak Multitasking

Menurut saya bahagia itu kita yang ciptakan sendiri. Termasuk saya cara membahagiakan diri dengan mengerjakan apa yang saya suka. Seperti menjadi MC. Ini hal yang sudah lama tidak saya lakukan dikarenakan terbentur sibuk bekerja kantoran jadi hobby sementara disisihkan. Namun ketika sudah tidak bekerja lagi alias jadi ibu rumahtangga sejati, maka saya menjadi pekerja seni seperti MC, Moderator, bermain film, menulis blog, dan semua itu menghasilkan cuan loh.

Foto: bahagia saat menjadi MC

So, ayo kejar bahagiamu. Jangan kelamaan sedih ya, kita harus bangkit, semangat (D/s)

 

Leave a Comment