Kunci Kebahagiaan Sejati: Bersyukur Tanpa Membandingkan

Hai bestie,

Apa kabar….semoga kalian semua dalam keadaan sehat dan bahagia ya. Sehat sih sehat Dennise yang tidak bahagia itu hatiku loh. Ada temanku berkata seperti itu kalau aku tanya tentang bahagia.

“Kalau kita sehat tapi’kan belum tentu bahagia Dennise!”, ucap Tiur teman SMAku ketika kami lama tak bertemu.

“Ah masa sih? sehat tentunya bahagia dong, kalau sakit baru tidak bahagia!”, protesku

“Maksudku disini kalau sehat betul secara fisik. Tetapi tidak bahagia secara bathin”

“Bahagia yang dibuat-buat dong?”

“Ya begitu deh, dibuat bahagia di depan orang banyak. Kesedihan, kekecewaan sakit hati tidak perlu ditampakkan di depan orang banyak. Belum tentu kalau aku bercerita orang akan bersimpati, bahan cibiran iya”, tiba-tiba raut wajah Tiur berubah. Keceriaan yang tadi ada hilang. Matanya menerawang jauh. Sepertinya ada yang disembunyikan.

“Keluargamu baik-baik saja’kan Tiur?”, tanyaku hati-hati. Aku takut pertanyaanku salah. Tiur menggeleng, air matanya menetes dari pelupuk matanya.

“Suamimu…”, pertanyaanku mengambang. Sengaja, aku ingin Tiur menjelaskan langsung.

“Bang Tigor punya WIL (Wanita Idaman Lain)”

“Tahu darimana?”

“Dari wanita itu sendiri. Dia datang ke rumah dengan kondisi hamil besar 7 bulan”.

Aku termangu, sangat amat tidak percaya. Betapa tidak! Bang Tigor yang aku kenal seorang pria pendiam, sayang keluarga, PNS dan dekat dengan Tuhan. Ya si abang itu seorang majelis gereja, kalau di ummat muslim seperti ustadlah. Ingat dulu cerita Tiur yang awalnya tidak mau dijodohkan dengan suaminya. Karena pendiam alias irit ngomong.

Aku males ah! pendiam banget. Tahu gak sih mau bilang suka aja lama banget. Kenal 5 bulan baru bilang suka, itu juga ngomongnya kaku”, keluh Tiur yang masih ada hubungan juga persaudaraan denganku.

“Pilih mana pria genit atau pendiam. Genit itu berpotensi selingkuh dibanding pria pendiam”

“Dennise aku jadi ingat dulu kamu bilang Bang Tigor itu pendiam tidak berpotensi genit. Tetapi sekarang apa yang terjadi, bandelnya telat. Bandelnya laki-laki baru dimulai”, ucap Tiur.

Baca juga: Hati-hati Ini Ciri Pasangan Selingkuh

“Aku akan diikhlas-ikhlasin kalau sekedar icip-icip tetapi setelah itu dilepeh karena gak enak. Ini icip-icip keterusan bahkan sampai hamil”

“Kenal dimana suamimu?”

“Perempuan itu mahasiswi magang. Kebetulan Bang Tigor’kan memang dibagian SDM setiapkali ada yang mau magang berhubungannya dengan dia”

“Lalu…”

“Awalnya Bang Tigor tidak ngaku. Bahkan tidak kenal perempuan yang namanya Lilies tetapi setelah kedua orangtua datang mengancam bahkan akan lapor keatasannya akhirnya Bang Tigor mengaku”, tangis Tiur pecah. Meraung sekencang-kencangnya kupeluk wanita berkulit kuning langsat itu.

Baca juga: Divorce Terbaik?! Daripada Diselingkuhi

“Waktu itu aku bilang pilih aku atau Lilies? tapi diluar dugaanku dia bilang pilih keduanya. Alasannya tidak mungkin aku tinggalkan Lilies dalam keadaan hamil”

“Ada anggota keluarga yang tahu?”, selidikku.

Tiur menggeleng, “Hanya kamu Dennise. Aku malu, di keluargaku Bang Tigor terkenal dengan menantu yang baik kebanggaan orangtuaku. Sayang keluarga besarku termasuk kedua orangtuaku. Tahun depan mama papaku jiarah religi ke Yerusallem. Mau dikemanakan ini muka kalau keluargaku tahu kelakuan bejadnya, hilang respect”

Baca juga: Ada Apa dengan Putri Sambo? Mengapa Pelit Bicara?

“Jadi demi martabat keluarga kamu bertahan untuk tidak membuka aib ini?”

Tiur mengangguk pelan. Tidak ikhlas tetapi harus ikhlas.

“Kamu seperti Ferdi Sambo demi martabat keluarga”

“Bedalah! Aku tidak melakukan kejahatan”, bela Tiur.

“Kamu tidak melakukan kejahatan, tetapi suamimu sangat jahat. Salud denganmu Tiur, bertahan karena tidak mau malu . Pura-pura bahagia padahal sakitnya mendalam. Kalau aku jadi kamu lebih baik divorce”

Baca juga: Divorce Terbaik?! Daripada Diselingkuhi

“Banyak hal yang harus aku pertimbangkan Dennise. Selain pekerjaan suami, posisinya di gerejapun jadi pertimbangan. Aku dan suami sama aktifnya di gereja. Apa jadinya kalau ada yang tahu. Hancur semua, aku tidak siap mentalku. Belum lagi anak-anak, mereka dekat dengan papanya. Kalau kami cerai pasti jiwa mereka terguncang. Banyak yang akhirnya nanti jadi korban. Cukup aku saja yang telan pil pahit ini”

Hmmm….runyam ya bestie cerita temanku si Tiur Dameria Romaida ini

Sedikit ya orang yang dimampukan seperti Tiur ini. Bersyukur saat bahagia itu semua orang bisa. Tetapi bersyukur saat terpuruk itu yang sulit. Aku jadi ingat seorang blogger Rani Noona yang menulis tentang jurnal syukur sebagai sebuah self healing. Dimana salah satu manfaatnya untuk menurunkan setress.

Memang tidak semudah membalikan tangan ya dalam pelaksanaanya. Teori itu mudah tetapi prakteknya ya ampun susahnya…..

Kalau menurut kalian bahagia yang sejati itu seperti apa ya? Bahagia menurutku ketika kita bisa berdamai dengan masa lalu (sepahit apapun itu) dan stop menyalahi diri. Kata-kata ini yang sebaiknya jangan ada,

Baca juga: Body Shaming? Jangan Panik!

Iya sih aku gendut, makanya suami selingkuh

Iya sih aku jelek, makanya dia berpaling

Iya sih aku miskin, makanya dia pilih yang lain

STOP untuk membully diri sendiri. Itu akan membuat mental hancur

Dulu pandanganku kalau jadi orang kaya + cantik seperti artis-artis itu enak ya semua fasilitas tercukupi. Sampai suatu hari aku bertemu public figure yang smart, cantik nan humble, Shanaz Haque disebuah event. Kebetulan memang aku sebelumnya sudah pernah bertegur sapa dengannya dan jami memang seusia.

Me & Shanaz

“Hai bubu Shanaz apa kabar say?”, tanyaku saat dia sedang melakukan perawatan menggunakan Youngliving.

“Hai baik. Kamu baik juga?”

“Puji Tuhan alhamdulliah Naz”

Oh ya mengapa aku bisa akrab selain kami memang berteman di Instagram Shanaz juga teman kecil Irmawati sahabat SMPku. Jadi pas aku ingatkan tentang Irma, beliau antusias sekali menanyakan kabar Irma.

“Naz enak ya jadi public figure banyak kemudahan, dikenal banyak orang”, ucapku

“Tidak juga say. Ada hal yang tidak enak kebebasan, semua gerak gerik kita diperhatikan oleh netizen tidak boleh ada yang salah harus sempurna. Salah sedikit dihantam. Padahal’kan kita manusia bisa saja khilaf atau emosi. Mana ada yang sempurna”

Aku jadi ingat ketika disebuah mall tertib antri di tolet perempuan. Tiba-tiba saja pas aku gilirannya masuk ke toilet seorang wanita muda yang usianya dibawah aku nyelak langsung masuk ke toilet dan menutupnya. Kalian bisa bayangkan gak betapa marahnya aku, rasa sakit nahan pipis yang udah diubun-ubun rasanya ingin aku tumpahkan. Aku memang sengaja mau marah, pas itu perempuan buka pintu habis aku maki-maki.

“Eh kamu punya otak gak sih? antri dong! jangan main selak saja”

“Maaf saya kebelet!”

“Anda pikir Anda saja yang kebelet?! semua yang antri disini datang tentu karena kebelet. Tidak mungkin ada yang mau sekedar antri di toilet. Jawaban bodoh!”, ucapku seraya membanting pintu toilet saat masuk. Membayangkan jika itu terjadi pada seorang Shanaz Haque atau public figure lainnya, hmmm….belum tentu mereka mau melakukan. Banyak pertimbangan terutama netizen yang tidak berpikir jernih akar permasalahan. Yang penting menghujat dulu sampai viral baru puas. Jadi wajar saja jika dulu ada artis yang bersiteru dengan netizen. Ruben Onsu misalnya. Banyak netizen yang nyinyir melihat kebahagiaan Bertrand Putra Onsu yang kehidupannya berubah setelah diangkat menjadi anak dan putra pertama Ruben.

Gemes gak sih kalian lihat kelakuan netizen…

Aku sih gemes banget! Tidak bisa melihat orang lain senang. Bawaannya pengen saja setiap orang menderita dan sengsara. Kalau sengsara disyukurin. Kalau bahagia dijulidin.

So, garis hidup manusia itu sudah ada yang mengatur. Tidak perlu iri dengan rejeki orang lain. Dan bahagia itu versinya berbeda. Anda, aku dan petani dikampung beda bahagianya. Ojo dibanding-bandingkan ya…gak baik. Nikmati kebahagiaanmu agar terpencar aura cantikmu. Setuju ya bestie…(D/s)

51 thoughts on “Kunci Kebahagiaan Sejati: Bersyukur Tanpa Membandingkan”

  1. heuheu, runyam juga ya mbak cerita mbk Tiur ini. Semoga ada jalan..
    Setuju banget mbak, jangan pernah membanding-bandingkan, termasuk salah satunya adalah kebahagiaan. Fokus ke diri sendiri lebih utama dan selalu bersyukur ya

    Reply
  2. sedih banget ngeliat istri yang diselingkuhi ini. Dia pula yang harus menutupi kesalahan suaminya. Semoga ada jalan terbaik untuk mbaknya.
    Memang dalam hidup harus banyak yang disyukuri kalau nggak bikin lelah hati terus menerus.

    Reply
  3. Kebahagiaan orang lain tentu berbeda dengan kebahagiaan diri kita sendiri. Ga akan pernah ada takarannya, karena yang merasakan adalah hati. Biarkan saja dia atau mereka di luar sana terlihat bergelimang harta atau bahagia yang mungkiiin sekiranya dibuat2. Yang penting bahagia adalah kita dapat barokah-Nya aamiin.

    Reply
  4. Kok nyesek banget yaa baca cerita mba tiur.
    btw, kalo masih ada perasaan ingin membanding-bandingkan, sepertinya memang agak susah untuk merasakan kebahagiaan sejati ya.

    Reply
  5. Kirain Shannaz juga teman SMP mbak Denise hehehe.
    Waduh trus mbak Tiur gmn mbak? Emang rempong sih kalau mikirn “apa kata orang” ya 🙁
    Tp aku ya gak bisa bantu kasi saran karena komplek bener masalahnya. Cuma kasihan aja sama kesehatan mental. Semoga pas anak2nya makin gede temenmu ini menemukan kedamaian yang dicarinya.

    Reply
  6. Bahagia itu sederhana. Bisa membuka mata di samping keluarga dalam keadaan sehat itu bahagia. Bisa membaca tulisan ini ya bahagia. Smoga saja temannya segera menemukan kebahagiaan ya mba

    Reply
  7. Setuju banget, mbak. Bahagia sejati itu adalah yang benar-benar mensyukuri apa yang kita terima. Tanpa melirik, melihat, dan membanding-bandingkan. Lagian sawang sinawang ya. Mereka yg terlihat bahagia juga sebenernya sedang berjuang juga. Mungkin beda masalahnya.

    Reply
  8. Setuju sekali bahwa kunci kebahagiaan adalah selalu bersyukur dengan hidup kita. Jangan membanding-bandingkan dengan hidup orang lain karena setiap orang punya beban hidupnya masing-masing. Seberat apapun masalah hidup, hadapi dengan sukacita..

    Reply
  9. Setujuu sekali kak Dennise aku sukaak dengan cerita2 kehidupan nyata di blognya kak Dennise.

    Endingnya gmn temen kak Dennise? Masih bertahan ya? Emang jd perempuan banyak yg dipikirkan dan di pertimbangkan yaa, bukan hanya sekedar demi.kebahagiaan diri sendiri

    Reply
  10. Menurut aku bahagia adalah serangkaian hal2 yang terjadi dalam hidup yang akhirnya kita syukuri selalu. Quotes yang paling aku suka: “Bukan bersyukur karena bahagia, tapi bahagia karena bersyukur”

    Reply
  11. Iiih suka dengan kalimat jangan membully diri sendiri. It’s true. Saya juga menasehati teman saya yg bukan lagi mendua tapi menempat. Gila ga? Dan salah satunya punya anak pula dr hasil selingkuh.. Temanku merasa rendah diri krn suaminya sejak awal memang bilang kalau dia bukan typenya.. Ya ampun.. Bukan typenya tapi dipake juga. Kezeeel..

    Saya bilang aja kamu memang bukan typenya tapi kamu bisa menendang dia dan dapat pria lebih baik. Asli kezel banget. Dan dia bertahan hanya krn anak.. Aaah.. Sebel deh pokoknya. Udah ah.. Ini aja komennya

    Reply
  12. Dulu pernah ada masa di mana aku iri dengan kehidupan orang lain. Kalau sekarang ya lebih legowo dan bisa menikmati hidup. Apa yang kujalani sekarang tuh kadang membuat iri orang lain. Jadi ya kuncinya memang lebih bersyukur

    Reply
  13. Kalau kata orang Jawa, hidup itu sawang sinawang mbak
    Kadang kita melihat hidup orang lain itu lebih mudah dan nyaman
    Padahal setiap orang punya tantangan tersendiri ya mbak

    Reply
  14. kadang kalau melihat postingan orang-orang di instagram itu kita jadinya membandingkan dan tidak mensyukuri kehidupan sendiri. padahal menurut saya salah satu kunci kebahagiaan itu juga dari banyak-banyak bersyukur

    Reply
  15. Hidup itu pilihan Dennise.
    kalo kata orang tua Batak, Jolma na tarbereng sonang dijoloni natorop, dang tentu jolma naso adong masalahna, alai ima jolma na tanggis disihabunian.
    Belum tentu yang kita lihat indah, itu juga indah untuk yang sedang mengalaminya

    Reply
  16. Bener banget, kak, kalau kita membandingkan seperti membandingkan dengan kehidupan orang lain yang ada hilang rasa syukur kita. Karena apa yang kita pandang seperti melihat foto dalam bingkai

    Reply

Leave a Reply to Rani R Tyas Cancel reply