Selamat pagi bestie,
Tanya dong siapa disini yang tidak pernah setress?
Ah rasanya tidak ada ya. Semua kita pasti pernah mengalami setress. Apalagi tinggal di kota besar seperti Jakarta tingkat setressnya sepertinya lebih tinggi. Contoh kecil saja seorang ibu rumahtangga yang juga bekerja. Setress diawali biasanya pagi. Berpacu dengan waktu, menyiapkan makanan anak sekolah, mengurus keperluan suami, lalu berangkat kerja.
Dalam perjalanan menuju kantor masalah ada lagi biasanya kalau naik kendaraan pribadi macet. Disini tingkat kesabaran di uji. Sampai kantor tambah lagi pekerjaan yang menumpuk, tuntutan dari atasan banyak, ini itu harus segera selesai. Setress…pastinya!
Ini baru masalah eksternal yang dihadapi rata-rata setiap harinya. Walaupun tidak sekaligus datang bersaman. Belum lagi masalah internal, katanya ini masalah yang maha dasyat. Karena biasanya berhubungan dengan orang terdekat. Semisal suami selingkuh, tidak menafkahi lagi karena adanya selingkuhan. Atau anak yang berulah tidak mau sekolah. Dan masih banyak lagi polemik lainnya.
Beberapa wanita yang saya kenal….
Ada yang bisa kuat menghadapi berbagai permasalahan jadi hanya sampai setress saja. Tetapi ada saudara saya sebut saja Bintang. Wanita cantik ibu 3 orang anak, mengalami setress tingkat tinggi ketika suaminya selingkuh dan memaksanya untuk bercerai. Tentunya Bintang tidak mau diceraikan, selain masih sayang dia memikirkan nasib ketiga anaknya kelak jika mereka berpisah tidak memiliki ayah.
Suaminya tak peduli tetap harus cerai. Sampai akhirnya sebuah peristiwa tragis terjadi Bintang tidak kuat lagi menahan permasalahan yang bertubi-tubi. Akhirnya depresi dan dibawa ke rumah sakit jiwa Grogol. Sangat miris!
Bintang memang terguncang jiwanya, dia sering teriak-teriak, ngomong sendiri, nangis sendiri. Singkat cerita sekarang hidupnya ketergantungan dengan obat penenang, dalam bimbingan terapis untuk membuatnya seperti sediakala. Menurut dokter jiwa yang mengobati wanita sarjana komunikasi ini butuh waktu yang lama untuk memulihkan Bintang seperti sediakala. Utama unsur yang bisa memulihkan jiwanya adalah kasih dari orang yang dicintai yaitu suaminya.
Bintang tidak sendiri yang mengalami depresi. Tidak hanya di kota besar depresi dialami. Kota kecil seperti Solo juga banyak ditemui orang dengan masalah kejiwaan yang terguncang dan tidak kuat. Berbagai permasalahan seperti ditipu teman bisnis, gagal ikut CaLeg, pasangan selingkuh. Guncangan yang begitu kuat ini tidak semua orang kuat.
Banyak yang depresi dan akhirnya lupa siapa dirinya. Fatalnya lagi mereka keluar rumah tanpa diketahui keluarganya. Keliaran dijalan, baju compang camping (bahkan ada yang telanjang), teriak-teriak atau tertawa sendiri di jalan. Sehingga mengganggu kenyamanan orang lain. Menyedihkan! banyak orang yang takut bahkan tidak peduli dengan mereka yang tersisih dalam masyarakat.
Namun di antara banyak orang yang tidak peduli seorang wanita hatinya tersentuh untuk merangkul mereka yang tersisih. Siapa dia….
Kenalan Yuk dengan Triana Rahmawati
Wanita mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) ini memiliki rasa kepedulian yang tinggi pada Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) bersama temannya dari Ilmu Sosiologi fakultas Sosiologi: Febrianti Dwi Lestari dan Wulandari. Mereka memulai dengan mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat UNS. Ketiganya hendak mendekati persoalan ODMK dari Ilmu Sosiologi.
Rasa kepedulian wanita kelahiran Palembang 15 Juli 1992 ketika masih kuliah dan kost dimana lokasinya dekat dengan panti rehabilitasi untuk ODMK. Sangat miris kenyataannya orang-orang sekitar panti memang sebelah mata pada ODMK.
Diawali rasa kepedulian yang tinggi itulah Tria begitu wanita ini dipanggil mencari tahu tentang masalah kejiwaan, apa yang yang dilakukan oleh masyarakat awam dan terpenting adalah apa yang bisa dilakukan mereka penyandang ODMK.
Griya Schizofren
Dalam ilmu kejiwaan dikenal dengan istilah Skizofrenia yaitu gangguan mental yang dapat memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi. Penderitanya dapat mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Namun sayang sekali mereka yang mengalami Skizofrenia bukannya dirangkul oleh masyarakat malah seringkali mendapatkan perlakuan yang tidak manusia. Padahal salah satu unsur kesembuhan penderita sakit kejiwaan ini adalah dukungan baik keluarga maupun masyarakat sekitar.
Untuk itulah Tria bersama sekelompok anak muda di Surakarta membentuk komunitas Griya Schizofren yang tujuannya untuk memanusiakan penanganan penderita gangguan jiwa khususnya skizofrenia. Disini anggotanya banyak relawan mahasiswa yang tergerak untuk berempati pada penderita gangguan jiwa. Schizofren singkatan dari Social, Humanity and Friendly
Komunitas ini bekerjasama dengan Griya PMI Solo yang menampung orang-orang dengan gangguan jiwa dan yang dilakukan para relawan Griya Schizofren adalah memberikan terapi sosial lewat kasih sayang. Kegiatan yang dilakukan seperti bernyanyi, mewarnai, mendongeng bahkan mengajipun dilakukan. Tentunya hal ini dikedepankan unsur kasihnya. Karena memang diawal tentunya bukan hal yang mudah melakukan pendekatan pada mereka ya. Apalagi dengan berbagai latar belakang kisah hidup gangguan jiwa masing-masing orang berbeda.
Tak mudah bagi Tria untuk mempelajari sesuatu hal yang baru apalagi berkaitan dengan masalah kejiwaan. Learning by doing, itulah yang dilakukan Tria. Dengan pendekatan secara manusiawi Tria mendekati para ODMK, mencari tahu apa yang tidak dan disukai mempelajari kebiasaan masing-masing. Karena sering bertemu dan berinteraksi akhirnya terjadilah komunikasi yang menyenangkan. Bagi wanita berusia 30 tahun ini adalah sesuatu hal baru yang menyenangkan dan bukan beban.
Dasar Kasih
Inilah hal yang utama. Para penderita ODMK merasa diperlakukan layaknya manusia, ada kasih, mereka dirangkul oleh para relawan dari Griya Schizofren. Hal ini tentunya berdampak positif pada kejiwaan mereka. Tidak sedikit yang akhirnya mereka mau membuka diri, bercerita tentang masa lalunya.
Kedekatan Tria dengan para ODMK darisinilah akhirnya dia mensosialisasikan pada masyarakat bahwa ODMK itu tidak perlu ditakuti, mereka tidak menyakiti. Dan Tria menceritakan pengalamannya bergaul dengan para ODMK yang ada di Griya Schizofren
Mensosialisasikan Griya Schizofren
Untuk orang lain tahu adanya komunitasi Griya Schizofren tentunya Tria perlu mensosialisasikan kepada masyarakat luas. Dengan mengkampanyekan melalui sosial media, menggandeng berbagai komunitas khususnya anak muda.
Hal Menarik Dari Triana Rahmawati
Menelusuri sosok Triana Rahmawati saya terkagum. Betapa tidak, wanita cerdas ini (lulusan terbaik FISIP UNS 2015) tidak mau bekerja di kota besar seperti Jakarta (padahal keluarga besarnya tinggal di Bekasi dan Jakarta) dan memilih bekerja di Surakarta agar bisa terus membangun komunitas Griya Schizofren. Dana menjadi salah satu kendala untuk terus berjalan komunitas itu. Tetapi Tria tidak putus asa. Rasa cintanya dan ingin terus berbuat kebaikan pada penderita ODMK akhirnya merogoh kocek pribadi. Selain dari gaji dia juga berbisnis mulai dari makanan hingga souvenir. Dari keuntungan yang didapatkan itulah dipakai untuk operasional Griya Schizofren.
Suport untuk apa yang dilakukan Tria mendapat dukungan dari suami tercinta. Tentunya ada kebanggaan tersendiri dengan kegiatan sosial yang dilakukan istri. Sampai akhirnya sang suami berinisiatid mendaftarkan ke Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards (SIA) yang diinisiasi oleh PT Astra International Tbk.
Sebagai penerima apresiasi SIA di tahun 2017 hadiah yang didapatkan Tria kembali diolah untuk komunitas Griya Schizofren yang telah dibentuknya sejak tahun 2013. Tidak hanya itu saja yang dilakukan Tria dari hadiah yang didapatkan wanita inipun mendirikan Beasiswa Volunteer Scholarship bagi anak-anak muda yang menyukai dunia sosial dan relawan.
Semoga kedepannya banyak volunteer/ relawan yang tergerak hatinya untuk tergabung di komunitas Griya Schizofren. Mari bersama bergandengan tangan untuk membantu mereka yang tersisih. Mereka juga manusia ciptaan Tuhan yang mempunyai hak sama bernafas dan menikmati hidup (D/s)
2 thoughts on “Masalah Kejiwaan Bisa Dipulihkan Jika Ada Kasih”