Mau Happy? Wajib Healing

 

 

Kumpul bersama my bestie

Hai bestie,

Kalian merasakan gak sih bahwa di Jabotabek ini puanasssnya minta ampun ya. Tempat tinggalku di Depok, komplek memang rumah ya dempet.

Namun tempat tinggalku di lahan 90 meter aku bangun rumah mungil, hanya 57 meter. Selebihnya untuk teras yang luas untuk tanaman hijauku dan di belakang masih tersisa sedikit lahan untuk menanam tanaman hijau.

Namun walaupun sudah didekorasi dengan tanaman hijau tapi namanya puanass itu sangat tidak nyaman. Begitupun malam hari. Udara malam tidak terlalu jauh berbeda dengan siang hari. Bedanya tidak nyegat saja. Namanya AC sudah diangka full 16, tetap saja panas. Sehingga sudah menyalakan AC kipas angin juga menyala.

“Kita healing yuk! Bete nih di rumah ngurus anak, ngurus rumah. Cari udara segar”, ajak Cita teman di grup komunitas Happy Women.

Healing kumpul dengan teman

“Boleh dong”, ujarku menimpali.

“Apalagi kita ya para ibu. Tingkat setressnya tuh tinggi banget. Anak yang susah diatur, pendapatnya saja yang benar”, curhat Nia.

Baca juga: Waspada! Wanita Mudah Alami Depresi

“Anakmu kelas berapa Nia?”, tanyaku.

“Kelas 1 SMA, 15 tahun umurnya”

“Ya ini lagi masa-masanya shay”, ucapku.

“Masa-masanya kita setress. Jangankan anakmu yang usia 15 tahun. Anakku yang 23 tahun aja sudah gak bisa diatur. Maunya dia. Lebih parah lagi”

“Contohnya?”

“Anakku itu kalau keluar rumah mana bisa dipantau. Aku telphone sering di tolak akomodasi lagi rapat. Kadang WA lama dibalas. Gemesin’kan. Bantah ya masih”

Baca juga:  Anak Mbandel Kok Bisa Sukses… Kenapa Tidak?!

“Enak Kalian ya punya anak”, timpal Vina yang sudah lama menikah belum punya anak.

“Ah Vin sama aja. Aku anak banyak 4, tapi suami gak benar kelakuannya”, ucap Tina

“Ya dibenarin dong shay”, ucapku dalam canda.

“Udah Dennise. Tetap aja dia bengkok senang selingkuh. Gak puas satu istri. Yang resmi aku saja, tapi nikah siri tak terhitung”

Baca juga:  Selingkuh Itu Indah Katanya (?)

“Loh kok bisa?!”, timpal yang lain.

“Ya bisalah besti. Sekarang ini apa sih yang gak bisa dibuat. Semua dipermudah yang penting kita punya banyak uang. Makanya secara materi aku gak kekurangan karena kebutuhan anak termasuk aku terisi. Tapi hati ini membathin. Tapi tidak ada pilihan, terpaksa bertahan demi bertahan hidup .Anak-anak masih kecil. Mereka perlu dipenuhi pendidikannya hingga kuliah”, ucap Tina pilu.

“Udah deh, jangan mewek ya. Aku ikut sedih nih. Bagaimana kalau kita healing, hilangin kemumetan. Kita happy-happy”, ucapku.

“By the way Dennise kamu punya referensi untuk healing kemana?”, tanya Vina.

“Aku punya teman Nurul Rahma, beliau seorang Travel Blogger Indonesia. Tulisannya banyak mengulas tentang travel.  Pengalaman travelling nya acungkan dua jempol deh. Nah nanti kita bisa tanya travelling apa  yang cocok untuk kita healing ya”

Cerita happy yuk,

Aku happy lihat lukisan

Coooking Class make be happy

Ada yang bilang happy itu:

  • Banyak uang
  • Body langsing
  • Wajah cantik
  • Suami/ istri tidak bertingkah
  • Anak tidak ber-ulah
  • Mertua baik

dan sebagainya, banyak deh list happy. Tapi apa iya semua itu terwujud dalam waktu yang bersamaan. Rasanya tidak mungkin’kan. Namun apakah jika list itu tidak terwujud misalnya mertua cerewet, body melar ke kiri ke kanan, keuangan terbatas kita tidak bisa happy?

Happy itu…

Baca juga:Kunci Kebahagiaan Sejati: Bersyukur Tanpa Membandingkan

Kita yang ciptakan loh! jangan mengharapkan happy itu datangnya dari orang lain atau kita tidak bisa happy tanpa orang lain.

Ciptakan happy yang sederhana dengan teman-teman sepemikiran, teman yang enjoy menjalani hidup bukan teman yang toxic.

Lukisan dari seorang adek make be happy

Seperti healing ke pantai, nginap di villa sambil olahraga bersama dilanjutin masak-masak duh indah banget. Disana kita akan merasakan kebahagiaan sejati bersama orang-orang tercinta.

Siap bahagia?

Baca juga: Bahagia Itu Sederhana

Mulai sekarang berjanji pada diri sendiri untuk menyayangi diri, memberi ruang untuk kebahagiaan. Karena bahagia itu ada dalam diri sendiri (D/s)

2 thoughts on “Mau Happy? Wajib Healing”

Leave a Comment