Menghormati Sebuah Keputusan

foto: koleksi pribadi

Hai ini Vivi (44 th), single,belum pernah menikah. Bagi Vi begitu biasa dipanggil memutuskan untuk tidak menikah bukanlah sebuah masalah besar dalam kehidupannya. Dia enjoy saja menikmati kesendiriannya. Mau mengerjakan apa saja bebas,tanpa harus perlu minta persetujuan pada pasangan. Apakah Vivi memutuskan untuk jomblo karena pernah dikecewakan pria?

Ternyata tidak juga. Sepanjang umurnya dia pernah 4x pacaran serius. Ada saja permasalahan yang timbul di tengah jalan. Misalkan saja cowoknya beralih ke wanita lain, kasar dan ada saja ketidakcocokan yang buat hubungan mereka akhirnya bubar. Apakah Vi trauma sehingga dia memutuskan untuk hidup sendiri? Jawabannya sederhana Vivi nyaman dengan status single-nya. Happynya berbeda ketika dia punya kekasih. Masalahnya yang buat dia tidak nyaman adalah omongan diluar sana, Tidak menikah, nanti jadi perawan tua loh…atau jangan-jangan dia suka sesama jenis. Benar-benar kejam ya disudutkan seperti ini.

Tidak hanya cerita Vivi diatas tapi banyak orang yang mengambil keputusan untuk dirinya yang dianggap aneh dan seharusnya tidak demikian menurut orang diluar sana.

Tidak Mau Punya Anak

Ada beberapa pasangan suami istri yang saya temui memutuskan tidak mau punya anak. Dengan berbagai alasan yang diungkapkan:

  • belum siap secara finansial
  • belum siap sebagai orangtua
  • kehamilan merubah bentuk tubuh
  • pernah trauma (terpaksa aborsi karena bermasalah pada kandungan)
  • lebih prioritas pada karir
  • belum siap meluangkan waktu
  • takut anak terlahir tidak sempurna

Masyarakat kita terkadang membuat pakem alias aturan main sendiri bahwa pria dan wanita yang sudah menikah idealnya punya anak. Kalau karena kondisi kesehatan salah satunya bisa istri/ suami alasan ini bisa diterima. Namun jika alasan seperti diatas sulit diterima. Padahal orang itu punya kebebasan loh untuk menentukan kehidupannya. Tidak ada pasalnya juga’kan yang mengatur seseorang itu harus memiliki anak ketika berumahtangga?

Pindah Keyakinan

Masalah yang sangat sensitif dibicarakan adalah keyakinan. Salah bicara orang bisa tersinggung, protes. Pernah dengarkan beberapa artis ketika diwawancarai tentang pindah keyakinan. Jawab si artis diplomatis,

“Masalah keyakinan biarlah cukup saya dan Tuhan yang tau”

“Tapi benar’kan SSF? (ayo tebak ini siapa?)

Si artis hanya melempar senyum saja. Beberapa artis yang pindah keyakinan rata-rata tidak pernah memproklamirkan keyakinan barunya. Walaupun sebenarnya publik sudah tau pindah (tapi kurang afdol kalau tidak di”iya”in langsung, bener gak sih…)

Dengan alasan, agama bukan untuk diributkan. Tau sendiri’kan netizen itu parah banget. Misalkan jika dijawab “Ya” si artis terus dicecer dengan pertanyaan, “kok pindah,mengapa? apakah ada unsur paksaan?, dll pertanyaan yang menyudutkan. Hadeuh, stop deh untuk kepoh!

Menikah Dengan Duda

Fika (30 th) tiba-tiba memutuskan untuk menikah dengan Dody (50th). Semua kaget dengan keputusan wanita single ini. Pasalnya selain beda usia yang jauh terpaut 20 tahun, ini pria duda.

“Hamil duluan kali makanya nikah dengan duda”

“Kaya gak ada laki-laki lain, kok mau-maunya sih sama duda”

“Gak malu apa nikah sama duda?”

Duh…nyinyir banget ya.Keputusan Fika menikah dengan duda’kan sudah melalui proses pertimbangan. Apa salah kalau si single menikah dengan duda?!

Menikah Dengan Berondong

Lebih parah lagi ketika seorang janda memutuskan menikah dengan berondong, omongan nyinyir yang buat kuping panas,

“Aduh tante gatel banget sih!”

“Gak malu apa sama anak?”

“Tan, malu sama umur. Lebih baik urusin cucu”

Gak habis itu kata-kata pedas disampaikan. Apalagi kalau bedanya jauh banget. Padahal sih sah-sah saja seorang janda yang tidak punya keterikatan pernikahan menentukan pilihannya. Kan tidak juga ada aturan main yang dibuat petinggi negara misalnya bahwa perempuan tua tidak boleh menikahi pria muda. Benar gak sih?

Menikah Dengan Janda

Juan ( 25 th) seorang pelatih yoga memutuskan untuk menikah dengan Juli (40th) yang notabene seorang janda. Tidak saja Juli yang diserang dengan omongan pedas tetapi Juanpun harus menutup kupingnya rapat-rapat,

“Numpang hidup niyeee…”

“Peliharaan tante-tante niyee…”

“Paling juga bertahan 6 bulan.Abis itu cari gebetan lain yang lebih banyak uangnya”

Sejujurnya, Juan mencintai Juli pada pandangan pertama. Yang membuatnya sayang karena sifat Juli yang keibuan dan ngemong. Figur ini yang dibutuhkan Juan. Sejak kecil dia sudah kehilangan figur ibunya yang meninggal karena cancer payudara. Selama ini dia berpacaran dengan yang seumur, ego-nya besar. Sementara pernah juga dengan yang lebih muda, terlalu manja tidak mandiri. Nah kalau dengan Juli dia merasa nyaman. Apa yang salah dengan hubungan ini?

Operasi Plastik

Vicke memutuskan untuk melakukan operasi plastik pada payudaranya karena sizenya yang terlalu kecil. Hanya 32, dia ingin terlihat lebih montok. Dengan size terbaru Vicke merasa lebih PeDe terutama dalam berpakaian. Lain lagi cerita Keke yang melakukan operasi plastik untuk seluruh wajahnya. Baik itu hidung, dagu,bibir, bokong, dan suntik putih. Pasalnya Keke seorang artis dangdut dimana penampilan itu daya jualnya. Tapi omongan diluaran…

“Gak bersyukur dengan ciptaan Tuhan”

“Kok kaya robot begitu ya,kaku gak alami”

Dear friend…

Please deh untuk tidak nyinyir, kepoh, berkomentar negatif untuk sebuah KEPUTUSAN yang diambil orang lain. Tidak ada sebuah hukum yang mengharuskan begini-begitu dan jika dilanggar akan mendapat sanksi. Saya dikelilingi oleh orang-orang seperti cerita diatas. Walaupun sempat bertanya dalam hati tetapi saya tidak sampaikan secara langsung. Selain menyakitkan ( bagi yang saya tanyakan) kalau dibalikan, apa urusan Anda? emang enak…gak’kan.

Ingin RELATIONSHIP tetap terjaga baik? mari kita Menghormati Keputusan seseorang dalam hidupnya.

67 thoughts on “Menghormati Sebuah Keputusan”

  1. Hubungan asmara dinikmati 2 orang, tapi yang komentar banyak banget, hihihi padahal yang tau dapurnya ya mereka yang jalani, semoga dijauhi dari sifat julid

    Reply
  2. Apapun jalan yang kita tempuh, entah baik/buruk, pasti akan diomongin ama tetangga.

    Aku juga blm mau menikah utk sampe saat ini, meski usia udh 30++. Alasannya ya mirip ama kak Vivi. Bnyk pertimbangan utk memutuskan meminang anak orang.

    Semoga kita tetap menjadi org yg baik, meski selalu dicibir tetangga dgn omongan yg tdk baik. Semangat kak Vi.

    Reply
  3. iya apapun keputusannya tetap harus dihormati, sama halnya saya yang sebelumnya bekerja sebagai recruiter dengan penghasilan tetap dan pada akhirnya memutuskan menjadi fulltime blogger.

    apapun itu yang terbaik harus tetap di dukung

    Reply
  4. Bener banget, menghormati keputusan jauh lebih mulia daripada menjudge sana sini. Toh kita juga gak diusik sama mereka ngapain juga kita ngusik kehidupan mereka. Hidup lebih indah jika saling menghormati dan menghargai

    Reply
  5. Jalan pikiran masing-masing orang memang berbeda ya Mbak. Di masyarakat pun terkadang sawang sinawang, apa yang dilihat belum tentu sama dengan kenyataan. Apalagi kalau musuhnya netizen, dah lah maha benar dengan segala komennya😁

    Reply
  6. Ya ampun kadang kagak habis pikir dengan jalan pikiran orang yang hobinya nyinyiran orang lain. Kadnag bersikap masa bodoh emang pilihan terbaik. Selama kita happy dan bisa lakukan yang kita inginkan tapi tak rugikan orang lain

    Reply
  7. Orang-orang itu tidak pernah tahu dalamnya hati dan perasaan kita ya kak. Yang penting judge duluan masalah benar atau salah itu urusan belakang. Kayak masalah keturunan itu yang paling sensitif karena di Indonesia kulturnya habis menikah ya harus punya anak. Pdhl siapa juga yg mengharuskan.

    Reply
  8. Menarik mba tulisannya. Dan memang kenyataannya seperti itu. Sempat rame kan yang seoramg influencer menyatakan dia childfree. Sebenarnya itu hak pribadi, tapi kalau sudah sampai ke publik ya siap dengan pro daj kontra nya. Entah orang terkenal, atau bukan, tetap saja bisa ada yang kontra. Menurutku sih itu bagian dari kehidupan, konsekuensi yang harus dihadapi dari sebuah keputusan. But life must go on, kalau sudah yakin dg keputusan tsb ya maju terus

    Reply
  9. Masyarakat kita memang masih terbilang kaku untuk sebuah hal baru yang melenceng dr tradisi. Butuh waktu lama dan beradaptasi dengan hal baru tersebut. Saya jadi kadang bertanya2, jangan2 saya pernah berada di posisi si julid? Duuh.. Ya Allah..

    Tapi kalau utk aturan agama yang bisa menjerumuskan orang banyak, wajib dinasehati.. Bukan dijulidin yaa.

    Reply
  10. Setiap keputusan pasti memiliki konsekuensinya masing-masing.
    Aku salut dengan keputusan berani yang diambil orang untuk berbeda dari nilai yang ada di lingkungan sosialnya. Semoga apapun keputusannya bisa bahagia dan menjadi keberkahan.

    Reply
  11. bener banget, baru aja saya denger pendapat seorang pesohor tentang netizen yang mau tau agama

    kelihatan banget kelo kita ketik nama orang terkenal di google, maka otomatis akan keluar kata “agama” disebelahnya

    heran, keponya kebangetan

    Reply
  12. Tiap orang kan beda-beda kebutuhannya ya..Jadi ya keputusan dalam hidupnya juga beda-beda.. Semoga dijauhkan sama yang julid-julid…dan mau tahu banget urusan kita haha..

    Reply
  13. Masyarakat kita memang masih banyak yang suka mengurusi kehidupan orang lain, Mba. Bila ada yang memilih “jalan berbeda” pasti langsung dihakimi, dianggap salah. Susah banget deh menghargai keputusan orang, hiks

    Reply
  14. Nyinyiran yang diluar terhadap keputusan seseorang itu memang yang kalau diperhatikan dari artikel ini maupun cerita di luar sana yang membuat seseorang tuh mengganggu.
    Seharusnya dihormati saja. Kecuali menyampaikannya dengan santun ya, pasti lain lagi pandangannya

    Reply
  15. Terbukanya “ruang komunikasi” dan perkembangan teknologi, membuat setiap atau setidaknya sekelompok orang yang tidak lagi menghargai privacy. Kita dengan mudah memberikan komentar dan merasa “memiliki” hak hidup orang lain. Kepada para public figure umpamanya.

    Tapi sejujurnya hal seperti ini tuh efek domino dan bagai roda berputar. Terkadang public figurenya sendiri yang sengaja pansos atau menyebarkan berita tentang dirinya sendiri (meski tetap lewat tangan orang lain) agar bisa (tetap) populer. Hingga netizen pun ikutan “celamitan” karena benci atau sayang kepada yang bersangkutan. Jadi “ngurusi” hidup orang lain itu bisa berefek negatif, bisa juga ada manfaatnya.

    Complicated ya Kak hahaahaha.

    Reply
  16. Mbak, sebelumnya aku turut berduka cita ya, Vivi yang dimaksud dalam tulisan ini katanya sudah wafat. Semoga Allah mengampuni dosanya dan menerima semua amal ibadahnya.

    Anyway, pembahasan tentang menikah memang enggak ada habisnya. Kalau aku sendiri dulu memutuskan untuk menikah muda karena mencari ridlo. Jadi memang harus lurus banget niatnya supaya enggak peduli dengan omongan sekitar. Niat yang lurus juga membantu kita untuk tetep istiqomah ketika ada masalah menerpa.

    Reply
  17. Sesuatu yang bertentangan denga norma masyarakat atau kebiasaan masyarakat pada umumnya, Memang akan banyak mengandung kontroversi atau nyinyiran masyarakat dan netizen kak. Kalau aku sih slow aja, kalau itu buat aku nyaman, cuek aja dengan omongan orang. Kalau gak bisa cuek, ya pindah rumah kek. Hehee.. Tapi intinya apapun keputusan yang orang lain atau kita ambil, itu adalah yang terbaik menurut kita. Orang lain hanya boleh menyampaikan pendapatnya tapi tidak boleh mencampuri

    Reply
  18. Semua pilihan kalo didasarkan standar manusia memang tidak akan ada habisnya, berbeda lagi jika didasarkan pada mengapa Tuhan mengutus kita terlahir di dunia apapun, semoga selalu dimudahkan untuk vivi dan teman-temannya

    Reply
  19. Aku cenderung menghormati keputusan oranglain, sahabat saja kalau punya keputusan misal gak mau nikah, aku ya ga mau ikut campur apalagi julid. Tapi kalau tindakannya melenceng dari agama yang dianutnya aku biasa kasih tahu, hanya keputusan final ya tetap hak dia.

    Reply
  20. Kalau saya yang dinyinyiri orang terkait keputusan yg sy pilih saya akan bilang..”situ ngasih uang enggak, ngasih makan enggak..tapi nyinyir julitnya melebihi malaikat wkwkwk..” Ya begitulah dunia ..hempaskan saja omongan julit orang yang mulit dan pikirannya ga punya rem ..

    Reply
  21. Ponakan saya menikahi mualaf asal dari negara asing. Satu kampung (yang notebene homogen menganut satu agama) heboh dan menentang kala itu. Tapi melihat kesungguhan mereka berdua, keluarga mendukung. Padahal Bapak pemuka agama yang taat. Bapak memang open minded dan selalu positif thinking, apa yang ditakdirkan Alloh terjadi, pasti itulah yang terbaik. Alhamdulillah mereka hidup bahagia, kami dan keluarga pun ikut bahagia.

    Reply

Leave a Comment