Menikah Lagi,Solusikah?

Desain by:Dennise

Rieta seorang single parent,cerai. ManSu alias mantan suaminya Boy dulu suka berselingkuh. Tak terhitung berapa wanita yang ditiduri. Sejujurnya Rieta masih mau mempertahankan rumahtangganya jika mantannya stop untuk tidak selingkuh lagi. Apalagi mereka punya anak yang masih balita umur 4 tahun. Masih butuh perhatian kedua orangtuanya.

Namun prilaku Boy semakin hari bukan membaik malah semakin menjadi. Rieta tau perselingkuhan suaminya selain dari orang-orang yang berbaik hati memberikan kabar juga dari Boy nya sendiri,tanpa sengaja. Dasarnya ceroboh dan tidak pernah kunci hanphone tiba-tiba ada telphone jam 11 malam dari Bowo. Roy sudah tertidur. Telphone berulangkali berbunyi menggerakkan Rieta untuk mengangkat telphone.

“Sayang kok lama sih diangkat.Aku kangen nih!Katanya kita mau bercinta di telphone”, suara wanita di ujung telphone terdengar manja. Rieta terkesima. Wanita lagi. Belum lama Boy sembah sujud bilang kapok untuk tidak selingkuh lagi. Seperti anak kecil meraung-raung tidak mau ditinggalkan. Hanya 3 bulan kalem di rumah, eh kejadian lagi selingkuh.

Bahkan yang menyakitkan pernah nekad membawa wanita selingkuhannya ke rumah saat Rieta tidak ada di rumah. Tetapi karena Tuhan itu baik, kok bisa-bisanya laptop kantor tertinggal. Akhirnya Rieta berbalik lagi ke rumah. Dan saat memasuki pintu rumah dia tertegun ketika melihat ada sepatu wanita di teras rumahnya. Jantungnya berdegub kencang. Pikirannya sudah kotor.

Kata tobat hanya di mulut saja. Rieta tak mengenali sepatu itu. Dan alagkah terkejutnya, langit seperti runtuh ketika dia membuka kamarnya Boy dan wanita lain di tempat tidur bercengkrama tanpa sehelai benangpun melekat. Tidak mau lagi memberi kesempatan (karena sudah tak terhitung berapakali berselingkuh dimaafkan dan terus lagi) cerai adalah yang terbaik. Yang akhirnya mengantar Rieke menyandang status janda.

Peristiwa yang dialami Rieta bukanlah cerita yang asing lagi. Saat ini tingkat perceraian meningkat. Bahkan berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), terdapat 3,97 juta penduduk yang berstatus perkawinan cerai hidup hingga akhir Juni 2021. Jumlah itu setara dengan 1,46% dari total populasi Indonesia yang mencapai 272,29 juta jiwa.

Miris memang melihat kenyataan faktanya begitu banyak kasus perceraian di Indonesia. Lalu faktor apa saja penyebabnya?

Perselingkuhan

Ini memang topnya permasalahan keluarga.Selingkuh sudah bukan hal yang tabu lagi.Bahkan saya pernah bertanya pada 10 pria berumahtangga (terlihat harmonis), apakah mereka pernah selingkuh?(di ranjang) jawabnya mencengangkan, PERNAH. Ada yang ketahuan pasangan tetapi ada juga yang bermain cantik. Yang miris memang jika perselingkuhan bukan sekedar iseng jajan tetapi berulangkali bahkan ada yang dijadikan simpanan.Menyakitkan!

Kekerasan Dalam Rumahtangga (KDRT)

Inipun menjadi faktor putusnya hubungan suami istri. Wanita yang harusnya di sayang justru diperlakukan seperti binatang. Dipukul, ditendang bahkan lebih gilanya melukai dengan benda tajam. Biasanya KDRT ini dilakukan berulangkali apalagi kalau istrinya diam tidak berani melawan,akan jadi sasaran empuk. Penyebab suami lakukan KDRT karena ketahuan selingkuh, istri tidak bisa diatur (maunya suami istri bisa dikendalikan olehnya) atau memang suami seorang tempramental. Istri ngomong sedikit salah langsung di jotos.Duh…

Ekonomi

Hidup sendiri saja butuh uang apalagi sudah berkeluarga ada anak, uang berperan penting.Nah ini yang sering terjadi,punya suami malas,tidak mau kerja (kalaupun kerja maunya jadi bos) dan acuh untuk kebutuhan materi. Hidup’kan butuh duit ya bukan sekedar cinta.

Campur Tangan Keluarga

Juga bisa menyebabkan perceraian.Kok bisa? tentunya. Campur tangan mertua, ipar bahkan saudara jauh yang ingin campur urusan keluarga.Terutama dalam urung pendapat yang tidak perlu diurusin diurusin.Yang begini ini buat istri tidak nyaman ya.

Judi dan Narkoba

itu menghabiskan uang dan membuat ketergantungan. Bahkan narkoba selain membuat ketagihan merusak organ tubuh.Yang sering terjadi narkoba itu berdampak kriminal. Untuk memenuhi kebutuhan narkoba terkadang pecandu melalukan tindakkan nekad mencuri atau lebih seringnya menjadi pengedar.Narkoba dapat keuntungannya lumayan.

Tidak Ada Keturunan

Banyak pasangan suami istri akhirnya memilih bercerai karena belum mendapat keturunan.Nah seringkali wanita yang dipersalahkan penyebabnya. Padahal anak itu rahasia sang Ilahi.Hanya saja pria seringkali tidak sabaran.Apalagi kalau keluarga sudah mendesak. Belum tentu juga kalau si pria menikah lagi akan mempunyai keturunan ya?!

Faktor-faktor diatas memang permasalahannya cukup genting. Keributan setiap hari yang tidak berujung damai akhirnya terpaksa cerai. Nah jika sudah lama menyandang status janda secara resmi (melalui pengadilan) ini tandanya Anda sudah bebas secara tertulis tidak milik pria lain. Anda bebas menentukan pilihan jika akan menikah lagi. Namun sebelumnya yuks baca point-point ini agar tidak menyesal dan gagal lagi untuk kedua kalinya dalam membina rumahtangga

Jangan Menikah Karena:

Kesepian

Nah ini dia, beberapa janda akhirnya menikah lagi karena merasa kesepian. Butuh teman hidup. Tidak salah juga sih, namun kalau hanya karena sepi rasanya perlu dikaji ulang. Kesepian itu bisa dibunuh dengan melakukan banyak aktivitas yang selama ini tak terpikirkan. Misalnya kalau hanya ibu rumahtangga Anda bisa aktif di banyak komunitas wanita. Ada komunitas keagamaan, masak, olahraga dan banyak lagi. Sehingga waktu tidak terasa . Fungsi suami bukan sekedar untuk membunuh sepi’kan sis…

Ekonomi

Alasan klise yang sering dilontarkan wanita single yang pernah berumahtangga untuk menikah lagi karena ekonomi. Dengan menikah ekonominya terbantu. Ya kalau memang terbantu. Biasanya dalam masa pengenalan (pacaran) pria itu baik,aslinya baru terlihat ketika berumahtangga. Karena kalau Anda mengharapkan pendamping hidup untuk jadi tempat bersandar, itu salah banget. Saya khawatir apa yang Anda harapkan tidak sesuai dengan harapan.

Status

Jadi janda bukanlah aib yang membuat malu. Toh Anda tidak mencoreng wajah keluarga. Santai saja dengan status. Sejauh Anda jalannya lurus tidak berbelok ke kiri kanan, orang tidak akan membicarakan status “janda” negatif. Kalaupun Anda diguncingkan EGP (Emang Gue Pikirin) saja. Jangan hanya karena malu menyandang gelar janda langsung cusss…menikah dengan pria yang belum Anda yakini.

Desakan Keluarga

Nah inipun sering terjadi, keluarga seringkali merasa tidak nyaman dengan status yang Anda sandang. Ketika Anda sedang dekat dengan pria langsung didesak.

“Sudahlah Ratna ngapain lama-lama lagi. Janda ketemu duda klop.Tidak zamannya lagi pacaran kelamaan”,begitu kata Euis pada anaknya. Padahal Ratna baru mengenal kekasihnya 2 bulan itu juga komunikasi hanya melalui telphone. Kekasihnya ini tinggal di beda kota. Perasaannya kok gamang ya untuk melangkah ke pelaminan. Nah,apalagi kalau ada rasa gamang alias merasa belum sreg jangan dipaksakan. Jangan karena desakan keluarga untuk segera mengakhiri status sementara Anda sendiri tidak yakin.

Bersaing Dengan Mantan

Waduh kalau menikah lagi karena bersaing dengan mantan,jangan deh! Ini’kan bukan ajang pertandingan ya. Biarkanlah mantan Anda sudah menikah lagi toh juga berpisah dengannya karena ketidak cocokan. Saya salud dengan Maya Estianty yang sudah diselingkuhi Achmad Dani. Sangat menyakitkan selingkuhannya teman duetnya. Kecewa,sakit hati pastinya. Kebetulan saya mengikuti perjalanan cinta pencipta lagu Lelaki Buaya Darat. Proses penantian selama 10 tahun akhirnya membuahkan hasil yang manis. Mendapatkan pria baik Irwan Musry,seorang pengusaha yang menyayangi ketiga anaknya. Lebih baik lama tetapi hasilnya manis daripada terburu-buru hasilnya pahit ya sis…

So,untuk Anda yang sekarang hidup sendiri tanpa suami,jangan terburu-buru memutuskan untuk menikah lagi hanya karena faktor-faktor dari luar. Tetapi Anda MANTAP menikah karena sudah yakin calon Anda pasangan yang tepat untuk mendampingi hingga akhir hayat. Bila masih bimbang bawa dalam Do’a, DIA akan menjawab saat Anda meminta dengan kesungguhan hati. (D/s)

73 thoughts on “Menikah Lagi,Solusikah?”

  1. Naudzubillah mindzalik ya say.. semiga kita menikah panjang jodoh. Langgeng hingga akhir hayat.

    Bener bgt kdg pemicunya kominikasi, ekonomi, kdrt. Tp wkt itu aku ngobrol sm teman yg kerja di kementrian kewanitaan, byk jg lho yg mengalami kdrt tetapi tetap bertahan demi anak. Sedih bgt ya..

    Ya, kita jgn buru2 nikah cm krn kesepian, takut dibilang nggak laku, dan sebagainya spt km sebutkan di atas.

    Pdhl nikah itu benar2 the real life lho bagiku. Jd hrs disiapkan masak2 dl sblm nikah. Krn pas nikah mslh2 baru muncul, sifat buruk kita keluar.

    Reply
  2. dan sedihnya, banyak yang menikah justru karena alasan di atas, Mba. Banyak janda-janda yang memutuskan menikah lagi karena malu dengan status jandanya, tak sedikit juga yang menikah lagi agar bisa menyandarkan ekonominya pada suami barunya

    Reply
  3. Kalau menurut saya, mental seseorang yang menikah lagi, setelah bercerai dengan suaminya itu luar biasa loh.
    Mungkin dalam pemikiran saya sih, karena saya tipe orang yang sulit percaya sama orang lain.
    Jadinya kalau berpisah sama suami, rasanya nggak kebayang bisa lepas dari trauma.
    Tapi saya setuju dengan semuanya, jangan menikah hanya karena hal-hal yang sebenarnya bukan untuk dikejar.
    Meskipun saya juga yakin, jodoh itu nggak bisa dipaksakan, maksudnya kalau memang belum waktu berjodoh kembali, mau kita paksa berlomba-lomba sama mantan, ya nggak bakal terjadi juga 🙂

    Reply
  4. Apa benar semua ini karena adanya luka batin akibat pengasuhan masa lalu? Rasanya kok kasus seperti ini marak tapi tanpa solusi. Sedih bagaimana cara kita bisa menjaga keluarga dan keturunan selain dengan berdoa?

    Reply
  5. Selalu suka dengan tulisan mbak Denise, terutama di part awal…
    Menikah lagi pasca perceraian biasa terjadi pada kaum bapack-bapack. Beda dengan kaum wanita. Mungkin karena faktor trauma ya…

    Reply
  6. Kadang memang pengen cepet menikah lagi untuk mengobati hati. Asal jangan karena pengen saingan dengan mantan.
    Tapi apapun alasannya mungkin belum dipikirkan dengan sangat matang. Dan menikah itu bisa jadi solusi bisa jadi tidak. Yang jelas, yang menjalani yang tahu alasannya dan bagaimana upayanya untuk bertahan di pernikahan barunya.

    Reply
  7. Aku mengalami namanya pernikahan karena tidak bisa mengelak, seolah seperti rejeki, kematian saat datang ya ga bisa lari dan akhirnya menjalaninya sampai sekarang, tahun ke-9.

    Apapun itu pernikahan memang sebenarnya dilakukan oleh karena ingin sempurnakan ibada. Atau menikah karena ALLAH.

    Kebetulan aku juga sdg suka nulis ttg pernikahan hehehehe

    Reply
  8. setiap bertemu yang galau menikah, saya selalu ngingetin agar jangan salah memilih

    kalo salah pilih, pilihannya cuma dua

    bertahan dalam hidup pernikahan yang mirip neraka

    atau bercerai dan akhirnya berpikir untuk menikah lagi dengan kemungkinan bertemu dengan orang yang salah lagi

    Reply
  9. Mba hebat ikh tulisannya fokus tentang pernikahan. Kalau ngomongin soal perceraian dan perselingkuhan, KDRT dll emang suka bikin sedih ya. Memang seharusnya belajar ilmu tentang pernikahan dan cara menilai orang itu sebelum nikah baiknya ya. Biar kita jadi lebih berhati hati memilih pasangan juga.

    Misalnya shbis nikah trnyta kita ga suka suami perokok krna ngeganggu perekonomian dan kesehatan. Hrusnya dri sblum nikah kita cri suami yg
    memang ga perokok. Intinya harus pakai ilmu dan doa sblum memilih pasngan ya

    Reply
  10. Menyandang status duda atau janda itu emang kelihatannya banyak nggak enaknya ya mbak. Padahal kalau yang bersangkutan lebih nyaman dan bahagia, daripada hidup berumahtangga tapi penuh tekanan. Orang lain nih yang sering usil, jadi emang mesti kuat mental menghadapi omongan orang sekitar

    Reply
  11. Membahas soal selingkuh, saya jadi mengingat sinetron Layangan Putus yang lagi fenomenal saat ini. Dan berkaca dari beberapa pengalaman teman main, masalah selingkuh ini memang sering terjadi dengan berbagai alasan yang Kak Denise tulis di atas. Bahkan ada teman yang kehidupan RT nya terlihat aman dan damai di depan kami, tetiba harus diakhiri karena sudah lama menyimpan “bom waktu”.

    Beberapa teman saya yang single-parent, kebanyakan sekarang bertahan hidup sendiri dan membesarkan anak-anak sendiri. Bukan main mandirinya. Salut banget. Bahkan pada saat kritis pun, mereka kuat berdiri. Menangis juga tapi tidak terpuruk dan bereaksi berlebihan. Hingga sekarang saya sangat menghormati mereka. Dan tentu saja menjadi bahu dan telinga saat mereka butuh saya.

    Reply
  12. Menikah itu berat. Sepakat banget dengan mbak dennise jangan menikah karena dorongan faktor-faktor dari luar. Karena kebahagiaan itu milik kita. Seperti ibuku, menjandang status janda sejak 2012 lalu, karena ayah meninggal karena kecelakaan. Sebagai janda muda sering dapat gosip, tetapi ibuku memilih fokus membesarkan anak-anaknya saja. Kata ibuku “menikah lagi tuh gak gampang, malah bikin pusing nantinya”

    Reply
  13. Jujur kalau kejadiannya seperti Rieke sih pasti bikin trauma ya butuh waktu untuk healing dan bisa membuka diri kembali sepertinya. Btw Cerita ini mengingatkan pada kisah yang lagi viral yaitu layangan putus..

    Reply
  14. Ada kenalan dari PakSu yang menyandang status duda, ingin mendapat istri yang sudah mandiri, agar tidak menambah biaya hidup terlalu banyak. Sekedar contoh bahwa lelaki pun ada yang seperti itu…
    Jadi kalau mau menikah lagi jangan sampai salah pilih..

    Reply
  15. Menikah lagi atau tidak tergantung pribadinya, yang penting jangan sampai pasangan yang kedua ini tidak lebih baik dari yang pertama, jangan sampai gagal kedua kalinya. Gitu kali yah

    Reply
  16. Orang lain hanya bisa menilai, belum tentu bisa merasakan. Jadi baik buruk jangan kata orang, tapi pilihan sendiri. Menikah lagi, ataupun tidak sesuai dengan kebutuhan setiap pribadinya. Insyaallah tidak akan jadi kendala

    Reply
  17. Serem amat ya ceritanya Rieta, bergidik aku. Gak sehat itu mah kalau selingkuh terus-menerus tar jadi penyakit kan Rieta dan anaknya juga nanti yang kena. Ga sehat juga dong buat anak karena si Boy berani bawa cewe ke rumah, parah itu mah.

    Memang jangan karena masih single trus keburu-buru nikah suapa lepas status jomblo, ada juga nih kisah temenku yang sudah berusia 30an belum kunjung nikah, eh baru sebulan kenal udah nikah akhirnya. Setelah setahun menikah temenku cerita kalau suaminya itu ngasi nafkah cuma 300rb selebihnya ngandelin temenku aja udah gitu males solat pula suaminya tuh. Belum lagi mertuanya ikut campur soal keuangan dan rumah tangga. Duh!

    Reply
  18. Ya Allah sedih aku bacanya Mbk, peluks buat teman2 yang single parent. Jujur, saat orang terdekatku mengalami dia memilih bertahan walau sudah ada perselngkuhan. Ini aja nyesek banget. Apalagi yang mengalami ya

    Reply
  19. betul sekali jangan pernah memutuskan menikah karena kesepian atau karena hal lainnya, berlaku juga untuk yang masih gadis. menikahlah ketika kamu ingin menikah, karena kamu ingin dari hati kamu sendiri ya, dan karena kamu bahagia mengambil pilihan itu

    Reply
  20. Miris memang membaca data perceraian saat pandemi. Saat ini yang bisa membuat pasangan berpegang adalah panduan hidup nya, kalau benar semoga pernikahan tetap berjalan

    Reply
  21. Setuju. Memang butuh pendirian yang teguh dengan pemikiran yang matang untuk urusan pernikahan ini.

    Saya tuh jadi ingat film Habibie-Ainun, Mbak Dennise. Lupa yang keberapa ya.
    Bercerita tentang awalnya Pak Habibie dan Ibu Ainun sebenarnya masing2 punya pacar tapii mereka tidak bela2in demi cinta …. nasionalisme mengalahkan rasa cintanya.

    Mereka memilih mengakhiri kisah cinta ketika kisah cinta yang diteruskan malah mengancam nasionalisme mereka. Jarang kan ya yang seperti itu.

    Reply
  22. Kak Dennise, pedih banget membaca cerita Rieta di atas. Entah fiksi atau fakta nyatanya ya ada aja yang kapok hanya manis di bibir tapi sujud-sujud enggak mau cerai. Entah lelaki macam apa itu ga Punya rasa malu.

    Btw, menikah lagi karena mau bersaing dg mantan? Hellaaaw … Ga banget deh. Udahan ya udah. Healing memang butuh waktu. Berpisah masih bisa membangun Masa depan baru yg lebih baik, lebih layak.

    Reply
  23. Ah…
    Mba denise tulisannya… Bikin bergetar

    Luka terberat seorang wanita adalah ketika dia harus menahan semua rasa sakit dalam rumah tangganya dengan alasan anak.

    Masih banyak sih wanita seperti ini…
    Pilihan menikah lagi dan bisa mendapatkan lebih baik itu pasti pernah terfikirkan
    Tapi kembali lagi
    Rata rata lelaki itu sama
    Cuma cara mainnya aja terkadang yang membedakan

    Ada yg terlalu mencolok
    Ada yang diam

    Enggak semua sih… Tapi 90 persen lah.
    Hehehe

    Reply
  24. Membaca kisah rumah tangga yang dilanda selingkuh dari salah satu pasangan itu membuat hati sedih dan perih ya mbak. Kadang memang pelaku bisa jadi suami atau istri. Yang kasihan nanti anaknya. karena katanya, anak itu peka sekali, ketika salah satu ibu atau ayahnya selingkuh akan berpengaruh pada perilaku anak kepada kedua orang tuanya.

    Semoga kita dijauhkan dari perilaku buruh tersebut karena kita menginginkan keluarga yang sehat sejahtera dan saling menyayangi. aamiinn

    Reply
  25. Menikah ini memang membutuhkan banyak-banyak berdoa. Gak hanya keyakinan dari diri sendiri, tapi juga membuthukan restu dari banyak pihak. Ketika sudah ada kondisi-kondisi tertentu sebelumnya, tentu pertimbangan menikah akan semakin ketat lagi.

    Jadi menikah memang sebuah keputusan besar dalam hidup yang harus dipertimbangkan baik dan benar.

    Reply
  26. Woow takjub bacanya dr 10 pria yang ditanya pernah sleingkug ranjang? Subhanallaaah.. Ga nyangka. Ngeri yaa.. Berdoa semoga pasangan kita jaih2 dr pergaulan spt itu

    Reply
  27. Bener banget, Mba Denise. Saya sepakat dengan semua poin yang Mba Denise sampaikan di atas. Bahwa jangan terburu-buru menikah lagi jika hanya karena malu dengan status janda. There is nothing wrong dengan status janda atau duda.

    Dan ga ada salahnya juga jika status itu ingin segera diubah, dengan menikah lagi, atau memiliki pasangan lagi, tapi…, “ask your body, ask your heart, apa memang butuh atau pengen saja.” Pastikan dulu jawabannya. Juga, ga perlu malu juga jika kemudian pernikahan ini gagal lagi, ga harus malu pula untuk berpisah lagi.

    Terkadang, pilihan yang sangat tepat pun, bisa meleset. Kunci untuk terus melangkah dengan kepala tegak adalah, jangan malu, yang penting sudah berupaya, dan jangan pernah mendengarkan apa kata orang lain, dengar kata hati dan tubuh kita sendiri.

    Ah, jadi panjang deh komennya.
    Btw, salam kenal Mba Denise.

    Alaika,
    Banda Aceh.

    Reply

Leave a Comment