
Good morning bestie,
Aku mau cerita nih sebelum pandemi saja banyak kehidupan keluarga di Indonesia yang tidak bahagia. Banyak penyebabnya seperti: terjadi perselingkuhan, anak membangkang, suami tidak jujur (gaji untuk istri mulai dikurangi dengan berbagai alasan).
Dan saat pandemi semakin banyak suami istri yang bertengkar. Masalah yang sering mencuat adalah materi. Suami terkena pengurangan karyawan, nganggur dan tidak mau cari pekerjaan lagi.
“Sebel deh sama suamiku. Ngerti sih imbasnya pandemi pengurangan karyawan. Tapi’kan dia bisa kerja ngojek online. Gak perlu gengsi. Anak 3, mau dikasih makan apa? uang pesangon kalau dipakai terus tanpa pemasukan lama-lama habis”, keluh Lala teman SMAku.
“Benar juga hidup gak perlu gengsi. Adalah sepupuku jabatan terakhir manager hotel. Imbas pandemi kena pengurangan karyawan. Dan sekarang dia gak malu jualan pecel lele di pinggiran jalan. Puji Tuhan sekarang ekonominya mulai beranjak stabil”, ceritaku.
“Nah itu yang aku mau Dennise. Kerja apa saja yang penting halal. Anak-anak’kan perlu biaya untuk sekolah, makan. Belum bayar listrik, air dan lain-lain.Duh!”
“Jadi ibu rumahtangga memang berat. Urus anak, urus suami atur keuangan keluarga. Ini udah 2 tahun suamiku tidak bekerja sejak pengurangan karyawan. Keuangan menipissss….Dennise”
Baca juga: Waspada! Wanita Mudah Alami Depresi
Cerita Lala itu 9 bulan yang lalu diceritakan padaku. Dan betapa kagetnya aku mendengar KESEHATAN Lala tiba-tiba menurun. Lala sekarang stroke. Tensinya tinggi 180. Ya semua bermula karena tidak adanya komunikasi yang searah dalam KELUARGA. Suaminya tidak mau tahu uang pesangon yang tidak seberapa harus cukup untuk menghidupi keluarga ( 2 dewasa + 3 anak)
Baca juga: Toxic Relationship: Bertahan atau Keluar
Jujurly bestie,
Mana ada keluarga yang mulus kehidupannya. Pasti yang namanya masalah ada saja. Masalah besar menjadi lebih besar jika dibesarkan menjadi kecil kalau dianggap kecil.
My bestie,
Menurut kalian sumber kebahagiaan dalam rumahtangga itu apa sih? apakah uang yang banyak? Nah, hal ini pernah aku tanyakan sama sahabatku yang tajir melintir. Sepertinya uang tidak ada serinya deh. Suaminya menjadi direktur di beberapa perusahaan. Istrinya mau apa saja tinggal gesek. Credit Cardnya no limit. Enak ya… itu menurut kita orang luar. Ternyata yang membuat istri bahagia bukan harta melimpah.
Baca juga: Kunci Kebahagiaan Sejati: Bersyukur Tanpa Membandingkan
Sumber kebagiaan keluarga adalah cinta tulus. Ah terkesannya mellow ya. Tetapi jujur deh hari gini mencari cinta yang tulus dari sepasang suami istri 50:50 alias berimbang yang tulus dan tidak.

Tidak ada aturan yang baku memang tugas seorang suami mencari uang untuk menafkahi keluarganya dan tugas istri mengurus anak-anak dan suami. Namun terkadang ada suami/ istri yang egois. Seperti cerita diatas suami tidak mau tahu dengan kondisi uang yang tidak cukup. Padahal secara fisik dia masih mampu untuk bekerja lagi.
Atau ada juga istri yang tidak bisa terima keadaan suami semisal tiba-tiba sakit diabetes, darah tinggi tidak mampu lagi bekerja. Bahkan harus mengurus suami tidak bebas pergi kemana-mana. Sebelumnya hidup enak, tinggal guncang kaki terima penghasilan suami. Akhirnya bercerai dan lari ke pria lain yang memberi kenyamanan dalam ekonomi.
Jadi ingat cerita tante saya yang begitu tulus mengurus suaminya yang sakit stroke hingga akhir hayatnya. Padahal, sebelumnya hal yang dilakukan si oom sangat menyakitkan. Oom selingkuh dengan pelacur yang akhirnya dijadikan istri karena si pelacur itu hamil duluan.
Kejadian itu sangat memukul perasaan tante. Tetapi tangisnya disembunyikan di depan anak-anaknya untuk berusaha tegar. Mereka tidak bercerai walaupun si oom lebih memilih pelacurnya untuk tinggal bersama.
Apakah tante dibiaya?
Oh tentu saja tidak. Oom lupa semua, kalau kata kami “keluarga” si oom diguna-guna oleh wanita yang berasal dari Jawa Barat itu. Apalagi si oom lumayan penghasilannya sebagai pengusaha.
Bahkan saat ditinggalkan anak-anak si oom ini masih usia 5 dan 10 tahun. Masih perlu biaya yang besar. Tapi tanteku ini memang wanita gigih dia berjuang dengan kemampuan seadanya. Berjalan ikan teri door to door. Sampai berbuah hasil yang manis anak-anak lulus dari kampus negeri ternama dan bekerja di tempat yang bonafit.
Seperti cerita sinetron,
Si oom setelah 20 tahun tiba-tiba balik ke tante dengan kondisi memprihatikan. Stroke dengan kaki diseret-seret mulut mencong dia mendatangi tante dan minta maaf atas kesalahannya dan minta balik kembali.
Lalu kemana selingkuhannya?
Pergi jauh dong bestie. Perempuan nakal yang mau hidup senang saja mana betah punya pasangan yang miskin tidak menghasilkan. Perempuan itu mengusir si oom dan sengaja di depan mata membawa pria lain.
Karma memang ada. Dan itu yang dialami oom. Tetapi tanteku ini hatinya emas banget deh (aku rasanya gak mampu deh). Awalnya anak-anaknya tidak bisa menerima kehadiran bapaknya apalagi selama ini diterlantarkan begitu saja.
“Tidak bisa begitu nak! biar bagaimanapun itu adalah bapak kalian yang harus dihormati dan dikasihi”. Memang butuh waktu yang lama bagi anak-anak tante menerima keberadaan ayahnya.
Baca juga: Hati-hati Ini Ciri Pasangan Selingkuh
Dibutuhkan do’a yang kenceng memang menghadapi suami seperti si oom. Katanya pria itu terlahir ego-nya besar, wanita ditakdirkan untuk banyak mengalah.
Tetapi menurutku nih dalam sebuah rumahtangga selain cinta yang tulus penting banget saling menghargai dan memupuk cinta kasih dalam segala keadaan. Termasuk ketika badai datang. Tidak saja dalam suka tetapi dukapun menerima dengan ikhlas. Walaupun tentunya ketika salah satu pasangan tidak jujur (misalnya selingkuh / KDRT) segera tersadar dan berbalik untuk lurus lagi jalannya.
Semoga dengan kekuatan cinta segala badai dapat dilalui ya (D/s)
Tulisan kak Denise selalu mengena di hati, semoga kita selalu berada dalam cinta tulus dari pasangan maupun anggota keluarga ya kak, biar aman damai hidup ini, jiwa sehat, badan jadi kuat