Alumni Academy Voice Acting Indonesia
Good morning bestie,
Disini siapa yang punya cita-cita tetapi tidak kesampaian hingga sekarang? Aku tunjuk tangan ya. Hmm, cita-citaku dari kecil tuh sampai sekarang belum kesampaian adalah bekerja dengan mengandalkan suara.
Kata orang, namanya suku Batak itu suaranya pasti bagus, merdu. Hal ini karena biasa bernyanyi di gereja atau diperkumpulan. Jarang deh yang suaranya kurang merdu apalagi fals.
Aku mengisi suara untuk audio drama
Nah si Dennise ini berada di tengah-tengah. Merdu tidak banget fals tidak juga. Namun keinginan dari kecil menjadi announcer alias penyiar entah itu penyiar tv atau radio. Hal ini karena sejak kecil sering nonton Dunia Dalam Berita (aha ketahuan deh generasinya, tahun 70-an).
Foto: Kompasiana TV hitam putih & penyiar Anita Rachman
Masalahnya tuh di rumah ibu bapakku sepertinya menguasai tv “hitam putih”. Aku’kan hanya bisa nonton tv malam hari. Karena pagi-siang sekolah. Sore bantu ibu rapi-rapi. Jadi santainya malam hari. Giliran malam tontonannya hanya Dunia Dalam Berita.
Karena ibu bapak menjadikan ini acara favorit yang wajib ditonton. Tv hanya satu, itupun kecil dan di charge dengan aki. Jadi terkadang akinya habis, berhentilah nontonnya, ha…ha…ha… jadul banget deh.
Lanjut ya ceritaku,
Terkadang bosen nonton tv aku dengarin radio. Zaman itu adanya Radio Republik Indonesia (RRI). Aku dengarin penyiarnya, suaranya merdu…banget! betah aku berlama-lama.
Saur Sepuh Drama Radio Fenomenal / foto Tribun.com
Oh ya aku juga punya acara favorit drama radio, Saur Sepuh. Ini pemainnya Fredy Fadli dan Elly Ermawatie. Aku berdecak kagum. Sebagai pendengar aku merasa hanyut didalamnya dan setiap malam dengan setia aku dengarin lanjutannya dari radio jadul yang dipasang pakai baterai.
Sampai akhirnya,
Baca juga: 10 Pekerjaan Freelance Tanpa Mengikat
Aku bercita-cita ingin menjadi penyiar. Entah itu penyiar radio atau tv. Pokoknya penyiar. Nah di tahun 1996 aku mengikuti pendidikan di School of Broodcasting TV & Radio Interstudi. Kami belajar menjadi penyiar baik itu tv dan radio.
Take vocal di studio 88 super
Masih ingat,
Saat itu yang mengajar kami adalah dosen-dosen dari Universitas Indonesia dan pakar komunikasi seperti MC Sonny Tulung, yang di zaman itu terkenal dengan kuis Family 100.
Sampailah tibanya aku berkesempatan test penyiar radio. Wiih…senang banget dong. Rasa percaya diri timbul. Apalagi ini impianku yang sudah lama. Di zaman tahun 1990-an namanya studio rekaman belum secanggih sekarang. Suara desahan dari huruf S saja (seperti berdesis ular) itu terdengar banget.
Tahap pertama, kedua aku lolos. Testnya tentang pengetahuan dan tebak lagu. Namun saat rekaman studio aku gagal karena aku dianggap cadel dalam pelafalan huruf “S” terdengar sekali suara desahannya.
“Pak cuma itu saja masalahnya?”, tanyaku pada HRD.
“Ya, tetapi itu fatal sekali karena suara ini saat rekaman terdengar nyata. Seperti ada desahan ataupun desisan yang tidak enak terdengar”
Jujur, saat itu rona kecewa wajahku tidak dapat disembunyikan. Aku nangis didepan HRD. Putus harapanku untuk menjadi penyiar. Oh Tuhan, kejam banget! Cadel huruf S bukan mau-ku tetapi dari Sang Pencipta.
Sejak itu rasa kecewa itu membekas dan membuatku bertekat untuk bisa mengatasi si “S” bukan sesuatu yang fatal.
Bagaimana caranya?
Aku cari tahu dikumpulan Blog Homeschooling karena dalam belajar itu tidak kenal usia. Merdeka belajar itu memang tidak mengenal usia. Termasuk ketika aku memutuskan untuk belajar voice acting di Academy Voice Acting Indonesia (AVAI )dibawah naungan Gramedia Academy.
AVAI adalah pilihan yang tepat untuk aku yang senang cuap-cuap dan penasaran bagaimana tehnik olah suara. Disana para mentornya sangat expert. Ada Bang Mardi (penulis skenario Tukang Bubur Naik Haji), Bang Robert Simanjutak (Penyiar radio Hardrockfm) dan Kang Reza vocalis The Groove.
Bersama Kang Reza vocalis “The Groove” usai belajar
Belajar itu tidak kenal usia, karena usia hanyalah angka. Disana saat aku belajar bertemu yang usianya sama dengan anakku, 20-an, ada yang 30 an, 40 an, bahkan 50 an lebihpun ada. Kami semua berbaur saling suport.
Dan aku tanya beberapa saat ketika sudah belajar di AVAI,
“Bang Mardi pelafalan huruf S ku bagaimana masih terdengar berdesis?”
“Tidak kok. Dilatih terus kak Dennise. Pasti bisa kok”
Waduh mendengar suport dari Bang Mardi semangatku kembali berkibar. Mentorku yang mengajar tehnik vocal dan acting mengatakan intonasi pelafalan huruf “S” ku sudah bagus.
Terharu,
Baca juga: Bahagia Itu Sederhana
Itu yang aku rasakan. Apalagi saat di wisuda 9 Juli lalu. Sudah lama tidak memegang ijasah. Pas pegang ijasah dan mlihat hasilnya dengan nilai yang lumayan memuaskan (8 dan 9), ada kebahagiaan sendiri. Ternyata di usia 40 +++ aku masih bisa berkarya ditengah gempuran anak muda.
Baca juga: Kunci Kebahagiaan Sejati: Bersyukur Tanpa Membandingkan
So untuk kita yang merasa tidak muda lagi,
Saat wisuda bersama Marischa
Harus tetap bersemangat belajar. Umur itu hanya angka. Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Dan kebahagiaan itu kita yang menentukan bukan orang lain. Yuk semangat berkarya (D/s )
Catatan:
Yang butuh MC / moderator aku siap loh membantu kalian. Hubungi ya di nomor: 087874482128
jadi kangen les cuap cuap lagi
dulu aku ikutan kursus broadcasting dan seruuu
kayaknya ikutan kelas voice acting seru juga ya. tapi sepertinya hanya di kota besar saja ini tempatnya ya
Coba di browsing mbak.Ini aku ikut kelas voice acting searching juga sampai akhirnya dapat mbak
Tentunya belajar tidak berbatas usia.
Setuju mas Pas